MANUSIA DAN
MISTERINYA
oleh GELSANA
Banyak orang mengatakan, bahwa
kesempurnaan itu adalah milik Tuhan dan manusia penuh dengan kekurangan. Banyak
juga yang mengatakan, bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling
sempurna diantara makhluk ciptaan Tuhan lainnya.
Manusia dan binatang bedanya, karena manusia memiliki akal budi, sedangkan
binatang tidak. Bedanya dengan Dewa dan mahluk gaib lainnya, manusia memiliki
badan kasar sedangkan mereka tidak.
Waktu di tepi sungai gangga saya minta Dewa Surya untuk hadir, setelah
hadir saya bertanya kepada beliau, apakah saya salah mengajarkan teman-teman
saya untuk tidak menyembah kamu ? bagaimana
menurut kamu? Jawaban beliau : orang yang menyembah saya adalah mereka
orang yang tolol, karena menganggap saya adalah Tuhan atau manifestasinya
Tuhan, padahal saya ini adalah makhluk ciptaannya Tuhan yang hanya dibekali
sinar, yang lain saya tidak punya. Kamu manusialah lebih lengkap sempurna,
karena dibentuk dengan lima unsur yaitu : unsur air, api, tanah, udara dan ether,
yang disebut dengan Panca Maha Bhuta.
Artinya, saya tidak salah kalau
mengajarkan kepada teman-teman saya untuk tidak menyembah Dewa Surya, akan
tetapi langsung kepada Sang Hyang Widhi. Jangan melalui perantara seperti mau
ketemu seorang pejabat di dunia. Tuhan itu ada dimana-mana (wyapi wyapaka),
tidak seperti seorang presiden, ada dan tinggalnya cuma di Jakarta.
Dari kelima unsur Panca Maha
Bhuta tersebut, menimbulkan lima sifat negatip yang berdiam di dalam diri
manusia sejak bayi yaitu : unsur air menimbulkan sifat nafsu untuk berbuat
baik(bijaksana), unsur api, menimbulkan nafsu marah, unsur tanah (badan kasar),
menimbulkan sifat/nafsu kama, unsur udara menimbulkan sifat loba (semua tempat
kosong dikuasai) dan unsur ether menimbulkan nafsu iri hati (matsarya). Udara
dan ether, keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Di dalam udara ada
ether, sehingga bisa dikatakan dua unsur yang kembar.
Dari kelima unsur tersebut,
diringkas lagi menjadi Tri Guna, artinya: Tri adalah tiga dan Guna adalah sifat.
Sifat Satwam (nafsu berbuat baik), sifat Rajas (marah dan kama), sifat Tamas
(loba dan iri hati).
Bagavadgita mengajarkan kepada
kita agar kita membebaskan diri dari pengaruh Tri Guna. Mari kita simak Bab II
sloka (45) yang mengatakan :
traigunya vishaya veda
nistraigunyo bhava ‘rjuna, nirdvandvo nitya sattvastho niryogakshema atmavan.
Weda mengajarkan tentang triguna,
bebaskan dirimu dari padanya, wahai Arjuna, juga dari dualisme, pusatkan pikiranmu
kepada kesucian, lepaskan dirimu dari duniawi, bersatu dengan Atman.
Apa yang dimaksudkan dengan
dualisme dala sloka di atas ? Untuk itu mari kita simak lagi BG. VII.27. yang mengatakan :
ichchhadvesha samutthena
dvandvamohena bharata, sarvabhutani sammoham sarge yanti paramtapa.
Semua makhluk sejak lahir, oh
Barata, telah disesatkan oleh dualisma pertentangan yang lahir dari hawanafsu,
ketamakan dan amarah, dengki, wahai Parantapa.
Dalam sloka di atas, unsur
dualisme hanya empat yaitu, amarah, hawanafsu (kama), ketamakan (loba) dan
dengki (matsarya), artinya sloka ini perlu disempurnakan dengan menambahkan
nafsu berbuat baik, sehingga lengkap menjadi lima yaitu unsur
pancamahabhuta.
Gambar di atas disebut Nawa Sanga
dan berkaitan dengan Macro Cosmos (Jagat Agung).
Masing-masing Dewa mempunyai wajah
sendiri-sendiri sama seperti manusia, hanya saja mereka memakai badan halus.
Bagaimana keberadaan Nawa Sanga
pada Micro Cosmos (jagat kecil) yaitu diri manusia ?
Pada diri manausia, kesembilan
wajahnya sama dan namanya juga sama. Lima berada di dalam diri dan empat berada
di luar diri manusia. Lima yang di dalam diri manusia mempunyai sifat yang
cendrung negatip yang muncul berupa nafsu (nafsu berbuat baik, marah, birahi,
loba, dengki). Sedangkan empat yang berada di luar diri manusia, tugasnya
menjaga dan juga menggoda manusia.
Sejak dalam kandungan si jabang
bayi dijaga oleh saudara empat-nya. Setelah kita lahirpun tetap dijaga oleh
saudara empat-nya, sepanjang kita selalu ingat kepada mereka. Kalau kita tidak
lagi ingat kepada mereka, maka mereka jugalah yang akan mencelakakan kita.
Keberadaan kelima nafsu yang ada
di dalam diri, dalam kehidupan sekarang sangat dipengaruhi oleh pengalaman
hidup kita dimasa sebelumnya. Sifat (nafsu) yang mana pada waktu menjalani
kehidupan di masa lalu yang belum bisa kita kendalikan (matikan), maka pada
kehidupan sekarang, nafsu itulah yang sangat mendominasi perilaku kita. Ada orang
yang lebih cendrung mengejar harta dari pada wanita, ada juga sebaliknya. Ada
orang yang mengejar dua-duanya. Pada dasarnya, karakteristik kehidupan manusia
dimasa sekarang, adalah merupakan kelanjutan dari karakteristik kehidupannya
dimasa lampau.
Namun demikian, bagi orang-orang
tertentu bisa menjadi lain. Seperti Adipati Karna, karena ketika hidupnya
dimasa lampau tidak sempat menikmati salah satu keindahan dunia yaitu wanita,
maka ketika dia dilahirkan lagi sebagai manusia, dia memperoleh ijin untuk
menikmati keindahan wanita sampai dia merasa cukup untuk itu. Juga Bisma,
karena pada waktu hidupnya dulu dia tidak menikah, dan setelah meninggal dia
baru sadar, bahwa apa yang dia lakukan keliru, maka ketika dia dilahirkan
kembali sebagai manusia, dia menikah.
Penting untuk dihayati, bahwa
keberadaan manusia dalam menjalani kehidupannya adalah sangat terkait dengan
saudaranya yang berjumlah sembilan tersebut. Dengan menjalankan tapa, brata,
yoga, semadhi, secara tekun dan teguh, diharapkan kelima saudara kita yang di
dalam menjadi tekendali sehingga empat saudara kita yang diluar bisa masuk
kedalam diri dan menjadi satu.
Tugas kita adalah menyatukan kesembilan saudara
kita, setelah menjadi satu, barulah bisa menyatu dengan sang Gusti. Dalam
tahapan ini, seseorang sudah mencapai Moksartham Jagadhita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar