Japa Yadnya

Untuk umat Hindu di Bali, kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari berbagai upacara yadnya. Sebagai bentuk persemabahan kepada Hyang Widhi. Umat Hndu sibuk dengan upacara yadnya atau upakara yang membutuhkan  biaya yang tidak sedikit. Sebagai pengaruh sekte Siwa Sidhanta dimana Siwa adalah dewa yang paling utama, kehidupan masyarakat Bali tak terpisahkan dari kehidupan niskala. Siwa sebagai manifestasi dari dewa Trimurti adalah dewa yang memimpin Bhuta Kala, semua hantu, dan hidupnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bhuta kala. Tapi Shiva sendiri hidup sangat suci, meskipun pemimpin dari semua bhuta kala. Itulah sebabnya Siwa dianggap sebagai pemimpin dan mempunyai peran paling penting dalam hidup. Sehingga dalam kehidupan Hindu Bali diwujudkan dengan berbagai Yadnya kepada Bhuta Kala. Selain itu, berbagai yadnya lainnya juga dilaksanakan yaitu Dewa Yadnya, Manusia Yadnya, Rsi Yadnya dan pitra yadnya.

Yadnya begitu banyak dilakukan dari hidup masih dalam kandungan sampai kematian dan berakhir dengan upacara ngaben, yang menunjukkan berbagai cara untuk menyembah Hyang Widhi. Di sisi lain,  lebih banyak melakukan yadnya tentunya akan menguras kantong secara material, dan mungkin banyak orang Bali  kehilangan semua warisan hanya untuk mlakukan yadnya sesuai  adat dan tradisi. Tidak diragukan lagi banyak orang Bali menjual tanah leluhur mereka hanya untuk melakukan upacara ngaben. Meskipun warisan nenek moyang, dan juga upacara ngaben untuk leluhur, kita harus berpikir kedepan. Anak-anak adalah masa depan, dimana anak cucu kita yang akan mewarisinya. Sehingga kita tidak terjebak dalam situasi yang sulit, antara kebingungan melaksanakan ajaran agama, tradisi, dan adat istiadat, mari kita berpikir logis dan memeriksa lebih lanjut ajaran-ajaran utama dari Hindu yang berdasarkan Weda.

Kehidupan beragama di Bali sangat dipengaruhi oleh beberapa lontar seperti Siwagama, Bhuwana Kosa, Wrespati Tatwa, Sangkulputih, dan beberapa lontar yang mengatur yadnya. Dari mana asalnya? dari mana sumbernya? tentu saja itu semua berasal dari kitab suci Veda. Rsi-rsi Besar Hindu menyebar ke Indonesia dari India, mereka membawa ajarannya dan menyesuaikan dengan kondisi di Indonesia, tetapi mereka pasti tidak akan menghapus ajaran-ajaran intinya. Jadi mari kita berpikir apa sebenarnya intisari dari agama Hindu. Mudah-mudahan kita sebagai masyarakat Bali lebih sadar, kita kembalikan ke pribadi masing-masing. Mari kita belajar bersama-sama mencoba untuk menemukan bahwa ada garis lurus di Hindu. Sebenarnya Hindu sangat fleksibel, sangat sederhana, tetapi menyimpan kemegahan yang luar biasa. Apakah dengan melakukan Yadnya, kita benar-benar akan mencapai tujuan akhir. Mari kita mencoba untuk mengungkap sloka dalam Bhagavad Gita (Nyanyian Bhagawan / Tuhan).

Bhagavad Gita Sloka 10.12
maharsinam bhrgur aham giram asmy Ekam aksaramyajnanam Japa-yajnyo 'smi sthavaranam himalaya
Diantara orang-orang bijak yang mulia, Aku Bhrgu; diantara getaran suara Aku adalah OM yang rohani. Di antara korban suci Aku adalah pengucapan Nama (japa), dan antara benda-benda yang tidak bergerak Aku adalah pegunungan Himalaya.

Sloka di atas jelas menyebutkan bahwa hal yang utama dalam korban suci adalah japa yadnya yaitu mengucapkan nama-nama Tuhan secara berulang-ulang. Bayangkan saja apakah Japa-yadnya  memakai berbagai sarana? uang misalnya? tidak sama sekali, Japa-yadnya akan berfokus pada upaya untuk menghubungkan diri dengan Tuhan. Upaya untuk lebih dekat dengan roh yang ada dalam diri kita untuk menyadari keberadaan Tuhan yang ada dalam setiap makhluk hidup. Apa yang dibutuhkan dalam japa yadnya, setiap individu berusaha keras untuk menemukan Roh Utama dalam dirinya. Melatih diri dalam yoga dan mengucapkan japa mantra dengan keyakinan adalah bentuk yadnya yang paling mulia kepada Tuhan. Jika kita begitu dekat dengan Tuhan paramatman, kita akan bertanya kepada diri sendiri apakah kita harus melakukan berbagai Yadnya lain yang menghabiskan banyak uang? dan apakah Yadnya itu semua benar-benar tepat sasaran sesuai dengan keinginan kita?
Manfaat Berjapa
Japa adalah pengucapan suatu mantra secara berulang-ulang dengan penuh perasaan ( bhawa ). Japa melepaskan ketidakmurnian pikiran, menghancurkan dosa-dosa dan membuat para bakta berhadapan langsung dengan Hyang Widhi. Mantra memiliki suatu kekuatan dari dewa yang menguasai mantra tersebut. Pengucapan suatu mantra akan mewujudkan atau menghadirkan dewa atau sakti dari suatu mantra. 
Dengan melakukan japa secara rutin sebagai wujud bakti kita kepada Hyang Widhi akan menyinari pikiran dan hati kita, membersihkan setiap kerak kekotoran atau dosa, yang kita lakukan dimasa lalu, masa sekarang maupun masa yang akan datang. Secara perlahan, keyakinan kita akan kemahakuasaan Hyang Widhi akan terwujud, kita akan ditunutun dalam perbuatan kebajikan dan pasti akan selalu memikirkan keagungan Hyang Widhi. Dengan semakin berkembangnya sifat-sifat satwik dalam diri kita, maka Hyang Widhi akan semakin nyata kita hadirkan dalam hati. Kita akan mampu memahamiNya.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

YANG PALING SERING DIBACA