Manusa Yadnya

Manusa yadnya adalah korban suci yang bertujuan untuk memelihara hidup dan membersihkan lahir bathin manusia, mulai dari terwujudnya jasmani di dalam kandungan sampai akhir hidup manusia.
Bagi seseorang yang tinggi kekuatan batinnya, pembersihan dapat dilakukan sendiri melalui yoga samadhi secara tekun dan disiplin. Sedangkan mereka orang pada umumnya memerlukan bantuan orang lain melalui upacara-upacara dan upakara tertentu.
Pembersihan secara lahir batin dianggap perlu agar manusia dapat menerima petunjuk-petunjuk suci dari Hyang Widhi. Dengan demikian selama hidupnya tidak menempuh jalan yang sesat dengan mempelajari dharma, sehingga setelah kematian rohnya dapat mencapai kesucian dan menuju asalnya yaitu Hyang Widhi.
Dalam pancasrada, umat hindu percaya dengan adanya reinkarnasi, menjelma kembali ke dunia untuk meluruskan jalan hidupnya terdahulu sehingga tercapai suatu keadaan yang sempurna yaitu tidak lahir kembali ( mencapai moksa ).
Dalam lontar Cilakrama ada sloka yang berbunyi:

Adbhir gatrani cudhayanti
Manah satyena cudhayanti
Widyatapobhyam bhrtatma
Buddhir jnanena cudhyanti 
Artinya adalah:
Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran dibersihkan dengan kejujuran, roh dibersihkan dengan ilmu dan tapa, akal dibersihkan dengan kebijaksanaan.

Rangkaian upacara manusa yadnya
Ada empat rangkaian dalam manusa yadnya yang tidak dapat dipisahkan, dalam artian rangkaian upacara tersebut akan selalu ditemukan dalam upacara manusa yadnya.

Mabiyakala / mabiyakaonan
Tujuannya adalah memberikan kurban kepada bhutakala, yang tidak sepatutnya berada atau menerima upacara berikutnya.Setelah mereka mendapat kurban, mereka akan pergi meninggalkan orang atau tempat tersebut dan tidak mengganggu lagi, bahkan mereka memberi restu dan keselamatan. Hal ini dapat dilihat saat natab banten biyakala tangan diarahkan ke belakang . Upacara ini dilakukan di halaman rumah atau sanggar, menghadap ke pintu halaman rumah.

Malukat / mejaya-jaya
Yang paling kecil disebut penglukatan, yang sedang disebut pedudusan alit, dan yang utama disebut pedudusan agung. Tingkatan tersebut disesuaikan dengan banten tataban dan pasaksi di Sanggar Surya. Tujuan upacara ini adalah untuk membersihkan lahir batin seseorang, lahir dibersihkan dengan air dan bathin dibersihkan dengan puja-puja dari pemimpin upacara. Beberapa jenis tirta dalam upacara ini adalah tirta penglukatan, tirta pabersihan, tirta padudusan dll yang dipuja oleh peminpin upacara. Upacara ini dilakukan di salah satu paruman di pemerajan atau salah satu bangunan rumah seperti bale daje atau bale gede.

Natab / ngayab
Upakaranya disebut banten tataban, yang terdiri dari beberapa buah banten. Kumpulan banten itu disebut sorohan, misalnya sorohan sesayut pengambian, sorohan bebangkit dll. Dalam pelaksanaannya banten itu dipersembahkan kepada dewa-dewa tertentu, agar beliau berkenan merestui atau menempati banten tersebut. Kemudian banten itu akan ditatab oleh orang yang akan diupacarai. Tujuannya adalah agar Dewa itu berkenan merestui dan menempati jasmani orang bersangkutan sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Jasmani kita sebetulnya ditempati oleh Dewa-dewa tertentu seperti hati oleh Dewa Brahma, jantung oleh Dewa Iswara, empedu oleh Dewa Wisnu , usus oleh Dewa Rudra dll. Makanya saat natab banten tangan diarahkan ke dada/ ke badan.

Muspa / bersembahyang
Upacara ini dibagi menjadi dua bagian:
  1. Muspa yang dilakukan setelah mebiyakala ( sebelum upacara sebenarnya ). Tujuannya adalah memohon wara nugraha / pesaksian bahwa seseorang akan melakukan sesuatu upacara. Persembahyangan ditujukan kepada Hyang Surya Raditya dan kehadapan para leluhur.
  2. Muspa yang dilakukan setelah upacara natab. Tujuannya adalah untuk menghubungkan diri kehadapan Hyang Widhi dan para leluhur.
Upacara diakhiri dengan mohon wasuhpada sebagai simbol bahwa Beliau telah berkenan berada pada diri orang tersebut.  Wasuh artinya pencuci, sedangkan pada artinya kaki. Jadi wasuhpada dijadikan simbol air untuk mencuci kaki padma Hyang Widhi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

YANG PALING SERING DIBACA