Fungsi Upakara

Dalam kehidupan Hindu di Bali , masyarakat tidak terlepas dari kehidupan kagamaan yng berkembang sesuai dengan adat istiadat di tempatnya. Dalam mlakukan korban suci atau yadnya , umat hindu khususnya di bali lebih banyak melakukan daalm bentuk banten/upakara. Banten adalah wujud korban suci kepada Hyang Widhi. Adapun fungsi banten/upakara dalam upacara keagamaan adalah:
  1. Upakara adalah wujud dari cetusan hati untuk menyatakan terima kasih kehadapan Hyang Widhi atas semua anugrahNya, memberikan kehidupan dan segala kebutuhan hidup manusia. Bagi mereka yang menjalani yoga semadhi, banten/upakara bukan syarat mutlak, karena mereka mampu melakukannya dengan tingkat bathin yang tinggi sambil melakukan puasa dan bertapa sebagai wujud cinta kasihnya kpada Hyang Widhi. Bagi mereka yang belum mampu melakukan yoga semadhi, maka banten/upakara adalah cara sederhana dalam mengungkapkan rasa syukurnya kehadapan Hyang Widhi.
  2. Upakara adalah alat konsentrasi pikiran untuk memuja Hyang Widhi. Saat seseorang sedang membuat banten atau upakara ini, maka pikirannya akan selalu tertuju pada Hyang Widhi, secara tidak sengaja mereka selalu memuja Hyang Widhi.
  3. Upakara/ banten adalah perwujudan/tapakan dari Hyang Widhi. Dalam banten di bali, pembuatannya memakai bahan yang melambangkan dewa-dewa tertentu, misalnya kelapa wujud Dewa Brahma, air wujud Dewa Wisnu dll.
Dalam upacara keagamaan di Bali, banten / upakara adalah syarat mutlak yang diperlukan agar pemujaan kepada Hyang Widhi dapat kita lakukan sesempurna mungkin. 
Dalam Bagawad Gita ada sloka yang berbunyi:

PATRAM PUSPAM PHALAM TOYAM 
YO ME BHAKTYA PRAYACEHATI
TAD AHAM BHAKTYUPAHRTAM
ASNAMI PRAYATATMANAH 
Artinya:
Siapapun yang dengan kesujudan mempersembahkan kepadaKu daun, bunga, buah, atau air, yang didasari cinta kasih dan keluar dari hati, Aku terima.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

YANG PALING SERING DIBACA