tag:blogger.com,1999:blog-65055669123267463692024-03-21T00:20:51.867-07:00SIWAGAMAsiwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.comBlogger34125tag:blogger.com,1999:blog-6505566912326746369.post-24233617445328222032017-12-28T02:52:00.000-08:002017-12-28T02:52:33.517-08:00HAKEKAT DARI ATMAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
oleh <b>Alm Bapak Gelgel Sudarsana</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Keyakinan ke-2 dari Panca Cradha
adalah <b>percaya dengan adanya Atma</b> atau <b>jiwa perorangan</b>. Pengertian atma atau
jiwa (dalam Bhagavad Gita ditulis dengan huruf j) ini tidaklah sesuatu yang
mudah untuk dapat dimengerti bagi mereka yang belum melaksanakan disiplin diri
dalam melakukan tapa, brata, yoga, semadhi. Bagi yang sudah rajin melaksanakan
tapa, brata, yoga, semadhi pun penjelasannya belum tentu benar dalam arti
sesuai seperti kenyataan menurut Tuhan. Akan tetapi, paling tidak penjelasan
yang diberikan sudah mendekati kebenaran dan secara logika manusia dapat
diterima. Hanya orang yang sudah mencapai <b>jiwan mukti</b> yang sudah total bisa
melepaskan pikirannya dari keterikatan dengan duniawilah sanggup menjelaskan
dengan benar sesuai dengan kenyataan, karena mereka sudah dapat melihat yang
sebenarnya atau <b>pratyaksa pramana</b> terhadap hal-hal yang gaib. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sebenarnya,
apakah yang dimaksud dengan atma dan apakah ada dasar sastranya menurut kitab
suci Weda?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Rgveda VIII.71.11 mengatakan :<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Dvita yo-abhud amrto martyesva,<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>hota mandratmovisi.</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i><o:p> </o:p>Sang Hyang Agni (Tuhan Yang Maha
Esa) memanggil dengan khusuk para dewata. Dia adalah sumber kebahagiaan yang
menghuni hati semua orang. Dia adalah abadi. Dia berdiam di dalam diri manusia
dengan dua bentuk, satu, sebagai Tuhan dan, dua, sebagai jiwa perorangan
(atman).</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Makna dari bait weda di atas
sangatlah tinggi, artinya, di dalam diri manusia ada <b>dua elemen </b>yang berasal
langsung dari Tuhan Yang Maha Pencipta yaitu <b>satu sebagai Tuhan yang terbatas</b> menurut penulis
adalah <b>Roh Suci (antaratman)</b> atau dalam Bhagavad Gita disebut sebagai <b>Saksi
Yang Agung</b> atau <b>atman</b>, dan yang ke-2 adalah sebagai <b>jiwa</b> yang menurut penulis adalah jiwa perorangan yang dalam sehari-hari kita kenal dengan pikiran/kesadaran. Sudah dijelaskan,
bahwa pikiran/kesadaran yang istananya di otak kepala, maka dia disimbulkan
dengan <b>Ongkare sungsang </b>(terbalik). Tugas utama dari manusia dalam menjalani
kehidupan adalah mengendalikan pikiran dari pengaruh Catur Ripu sampai dia
benar-benar terbebas, sehingga tidak ada lagi ego yang berkuasa dan manusia
benar-benar sudah berada pada tingkat kesadaran tertinggi yaitu hidup dalam
kematian dan mati dalam kehidupan, urip sajeroning mati, mati sajeroning urip.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Dalam kitab Sarasmuccaya 80.
dikatakan :<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>mano hi mulam sarvesamindrayanam
pravartate,<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>cubhacubhasvavasthasu karyam tat
suvyavasthitam.<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<o:p><b> </b></o:p><b>Apan ikang manah ngaranya, ya ika
witning indriya, maprawrtti ta ya ring cubhacubhakarma, matangnyan ikang manah
juga prihen kahrtanya sakareng.</b> </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i>Sebab yang disebut pikiran itu,
adalah sumbernya nafsu, ialah yang menggerakkan perbuatan yang baik ataupun
yang buruk; oleh sebab itu , pikirkanlah yang segera patut diusahakan
pengekangannya/pengendaliannya. </i><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pikiran menurut sloka di atas disebutkan sebagai <b>sumbernya nafsu</b>.
Nafsu untuk berbuat baik, nafsu marah, nafsu birahi, nafsu loba dan nafsu
dengki. Kelima nafsu tersebut disimbolkan oleh Panca Pandawa. Karena pikiran
sebagai sumbernya nafsu adalah maya/gaib, maka dia terbungkus oleh sukma
sarire. Pikiran menjadi nyata ketika diwujudkan oleh badan kasar/ stule sarire
melalui perkataan dan perbuatan, seperti perbuatan baik, memarahi orang,
memperkosa, menumpuk harta yang berlebihan, perbuatan yang sengaja menyinggung
perasaan orang lain karena sirik/dengki. Ketika
manusia mengalami koma (tidak sadar), pikirannya keluar dari kepala
melayang-layang di alam maya, maka prakrti/badan kasar manuisa tidak bisa
berbuat apa-apa walaupun Roh (Saksi Yang Agung) masih berdiam di dalam jantung.
Dalam kontek dengan bhuana alit Pikiran/atma disebut Kawula dan Roh (Saksi Yang
Agung) disebut Gusti/antaratma. Keduanya mempunyai sifat langgeng/abadi karena
mereka berasal dari yang abadi yaitu <b>Tuhan Yang Maha Abadi.</b><o:p></o:p></div>
</div>
siwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6505566912326746369.post-83284431814299294232017-12-27T04:19:00.000-08:002017-12-28T02:11:53.282-08:00HAKEKAT DARI BRAHMAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
oleh Alm Bapak Gelgel Sudarsana<br />
<br />
Dasar keyakinan pertama dari
agama hindu adalah <b>Brahman</b> yaitu percaya dengan adanya <b>Tuhan Yang Maha Esa</b>.
Menurut tattwa hindu ada tiga cara untuk mengetahui tentang keberadaan sesuatu yang ada dan yang
terjadi di alam jagat raya ini. Ketiga cara itu disebut dengan istilah <b>TRI
PRAMANA</b> yang berarti tiga ukuran/jalan/cara untuk mengetahui dan meyakini
sesuatu. Tri Pramana juga merupakan tingkatan kemampuan seseorang dalam
meyakini sesuatu yang bersifat tidak kasat mata (gaib) seperti keyakinan
tentang adanya yang Maha Gaib, para Bethare, Dewa dan Bhuta Kala. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tingkatan <b>Tri Pramana </b>yang
pertama adalah <b>Agama Pramana</b> atau disebut juga <b>Sabda Pramana </b>yaitu keyakinan
terhadap sesuatu berdasarkan sabda yang terdapat dalam kitab-kitab suci,
wejangan dari orang-orang yang sudah dianggap suci dan memahmi kitab-kitab
suci. Bagi mereka yang masih berada dalam tingkat keyakinan ini, akan sangat
percaya dengan apa yang sudah tertulis dalam kitab suci dan wejangan dari
orang-orang suci, seperti, dalam weda dikatan bahwa Tuhan itu hanya satu sama
sekali tidak ada duanya (<b>Om Tat Sat Ekam Eva Adwityam Brahman</b>), percaya dengan
adanya para dewa, Bethare dan Bhuta Kala mahkluk lain yang diciptakan Tuhan.
Percaya dengan apa yag sudah diwariskan oleh para leluhur, seperti pembuatan
sesajen yang beraneka ragam, menyembah kepada para Dewa dan Bethare. Memiliki
rasa ketakutan akan disalahkan oleh leluhurnya seandainya hal tersebut tidak
dilaksanakan atau istiah yang populer di Bali anak sube keto dapet uling pidan.
Bagi orang yang memiliki intelek lebih tinggi kadang-kadang mereka cendrung
masih ingin menguji kebanaran dari isi kitab suci dan wejangan-wejangan dari
para orang suci tersebut. Mereka belum merasa puas dengan apa yang sudah mereka
dapatkan, mereka berpikir dan terus berpikir, menganalisa, mengkaji, merenung,
apakah benar Tuhan itu satu, apakah benar para Dewa dan Bethare itu patut untuk
disembah, apakah benar Bethare memakan atau menikmati sesajen begitu banyaknya,
apakah benar Mpu Geni Jaya dan para Mpu lainnya itu sudah ketemu dan bersatu
dengan Tuhan? Dan masih banyak pertanyaan lainnya yang mereka ingin memperoleh
jawabannya. Kelompok orang seperti ini disebut orang yang sudah menempuh
tingkatan kedua dari Tri Pramana yaitu <b>Anumana Pramana</b>. Tingkatan ketiga dari
Tri Pramana adalah <b>Pratyaksa Praman</b>a. Mereka yang keyakinannya sudah berada
pada tingkat kedua yaitu Anumana Pramana dimana mereka dengan gigih dan teguh
hati melakukan pencarian baik dengan cara langsung membaca kitab suci atau
dengan melaksanakan pensucian diri melalui <b>Trikaya Parisudha</b> dan <b>Catur Marga</b>
dengan malaksanakan Tapa, Brata, Yoga, Semadhi, sehingga pikiran dan mata
hatinya bersih dan bisa melihat yang gaib dan bahkan dapat berkomunikasi dengan
gaib. Mereka ini disebut orang yang sudah berada pada tingkatan <b>Pratyaksa
Pramana</b>. Akhirnya mereka yang sudah berada pada tingkatan inilah yang dapat
membuktikan dan menjawab tentang kebenaran dari isi kitab suci dan sekaligus menjawab
kebimbangan yang selama ini menyelimuti pikirannya. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Pertanyaan selanjutnya, dimanakah
manusia dapat menemukan Tuhannya</b>? <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Untuk dapat menjawab pertanyaan
yang penuh misteri tersebut, pertama manusia harus memahami terlebih dahulu
tentang sifat dari <b>Yang Maha Misteri</b>. Pemahaman dari sifat-sifat Tuhan dapat
ditemukan di dalam kitab suci weda. Yang paling penting untuk dipahami dan
dipegang sebagai modal dasar dalam berke-Tuhan-an, bahwa Tuhan bersifat Maha
segalanya, <b>wyapi wyapaka nirwikara</b> yaitu berada dimana-mana dan tidak berubah,
Tuhan bersifat Maha kontradiksi yang dikenal dengan istilah<b> rwa bhineda</b> (dua
yang berbeda/mendua). Tuhan disebut Yang Maha Pengasih disatu sisi, Tuhan juga
disebut Yang Maha Kejam di sisi lainnya. Tuhan disebut Yang Maha Pemurah, Tuhan
juga disebut Yang Maha Pelit. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Segala sifat yang ada di dunia
ini, Tuhan-lah Maha-nya, karena Dia Maha segalanya. Sekali lagi, pemahaman ini
harus dicamkan dan ditanamkan benar-benar dalam hati dan pikiran. Bagi mereka
yang sudah dapat menerima pemahaman ini, maka mereka sudah mulai dapat menjawab
segala sesuatu yang terjadi di dunia ini dengan bijaksana, tidak cepat-cepat
menyalahkan orang lain. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pertanyaan yang paling sederhana
dan harus kita bisa menjawabnya dengan keyakinan yang mutlak dan ada dasar
sastranya yaitu : Siapakah Tuhan itu?, Dimanakah kita mencari Tuhan Yang Maha
Rahasia? Untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan di atas, maka kita baca dan hayati bait-bait weda di
bawah ini.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Atharvaveda IV.1.1<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Brahma jajnanam prathnam purastat.</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<o:p> </o:p><i>Hyang Widhi Wasa adalah yang
pertama-tama, yang ada di alam semesta.</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Rgveda IV.42.2.<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Aham raja varuno mahyam tany<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>asuryani prathama dharayanta,<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>kratum sacante varunasya deva<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>rajami krsterupamasya vabreh.</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<o:p> </o:p><i>Aku adalah raja maha diraja,
pada-Ku sumber utama segala energi. Kekuatan jahat yang menghancurkan. Kekuatan
cahaya suci tersembunyi di bawah hukum-Ku, sebagai raja yang sangat mulia, Aku
pengatur seluruh umat manusia beserta sanak saudara, handai taulannya.</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Rgveda X.125.1<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Aham rudrebhir vasubhis caramy<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>aham adityair uta visvadevih,<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>aham mitravarunobha bibharmy<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>ahamindrani aham asvinobha.</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<o:p> </o:p><i>Aku gerakkan kekuatan alam sebagai tenaga dan kekayaan. Aku
bercahaya dan kekuatan yang cemerlang. Aku menyangga sumber kekuatan alam
berupa air dan cahaya. Aku adalah pusat
energi, cahaya dan kehidupan yang diberikan oleh matahari, udara, api dan segala sesuatu
kekuatan alam yang bermanfaat.</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Rgveda X.25.4<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Mya so annamat ti yo vipasyati<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>yah prani ti ya I msrnoty uktam,<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>anant avo namta upa ksi yanti<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>srudhi sruta sraddhi vamt e
vadani.</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i><o:p> </o:p>Melalui kekuatan-Ku semua makluk
hidup, bernafas, makan, melihat, dan mendengar, walaupun mereka tidak
mengetahui hal itu, mereka tinggal dalam cinta-Ku, Aku pada mereka, mereka di
dalam diri-Ku.</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Atharvaveda XVI.3.1<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Murdhaham rayinam murdha<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>samananam bhuyasam.</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i><o:p> </o:p>Aku adalah pemilik segala
kekayaan dan pemimpin yang tidak tertandingi.</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Bhagavadgita Bab VII Sloka 6.<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Etadyonini bhutani<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>sarvani ty upadharaya<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>aham kritsnasya jagatah<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>prabhavah pralayas tatha</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<o:p> </o:p><i>ketahuilah bahwa semua insani
mempunyai sumber kelahiran di sini,</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i>Aku adalah asal mula alam semesta
ini demikian pula kiamat kelaknya ini.</i><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
B<b>hagavad Gita Bab Xsloka 20<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>aham atma gudakesa<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>sarva bhutasya sthitah<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>aham adis cha madhyam ca</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i><o:p> </o:p>Aku adalah Jiwa yang berdiam
dalam hati segala insani, wahai Gudakesa</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i>Aku adalah permulaan, pertengahan
dan penghabisan dari mahkluk semua.</i><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dari beberapa bait weda dan sloka
di atas dapat disimpulkan bahwa, <b>Tuhan adalah Yang Maha Segalanya</b>, <b>Maha Absolut</b>
sebagai sumber dari segala yang ada, <b>Dia permulaan, pertengahan dan penghabisan
dari mahkluk semua</b>. Kepada Tuhan-lah segalanya yang ada akan kembali tatkala dunia ini dikiamatkan oleh
Tuhan. Dia adalah sumber kekuatan yang tak tertandingi oleh siapapun. Dia Maha Menghendaki
yang kehendak-Nya tidak ada yang dapat menghalangi. Dia adalah Jiwa yang
berdiam dalam hati setiap manusia. Tuhan adalah Maha kontrasdiksi, Dia Maha
Pengasih Dia juga Yang Maha Kejam, Dia Maha Jujur Dia juga Yang Maha Penipu.
Ketika manusia menuruti apa yang dikehendaki Tuhan baginya akan dianugrahkan
sifat Yang Maha Pengasih, Maha Pemurah, Maha Pemberi rachmat, Maha Melindungi
atau sifat Nya yang baik-baik saja. Tetapi ketika manusia murtad tidak mentaati
aturan-aturan yang dikehendaki Dia, maka sifat Maha Kejam, Maha Menyakiti, Maha
Penipu atau sifat Nya yang tidak baik akan diwujudkan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Atharvaveda XI.8.30<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Sariram brahma pravisat<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>sarire-adhi prajapatih.</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i>Sang Hyang Widhi Wasa memasuki
tubuh manusia dan Dia menjadi raja tubuh itu</i>.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Rgveda I.164.31<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>A varivarti bhuvanesu-antah</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<o:p> </o:p><i>Tuhan Yang Maha Esa meliputi
seluruh alam semesta.</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Rgveda VIII.58.2<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Ekam va idam vi babhuva sarwam</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i><o:p> </o:p>Tuhan Yang Maha Esa adalah satu
Esa, Dia mengambil setiap bentuk di alam semesta.</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tuhan Yang Maha Esa bersifat
<b>wyapi wyapaka</b>, <b>Dia ada dimana-mana</b> artinya Tuhan ada di tempat yang paling
tinggi dan yang paling bawah, Tuhan ada di ujung paling timur dan paling barat,
di ujung paling utara dan di ujung paling selatan, lengkapnya Tuhan ada di
segala penjuru dunia. Dia ada di tempat-tempat ibadah, di pasar, di laut, di
gunung, di langit, di tanah, di bale pemujaan, Dia juga ada di bawah jembatan,
di bawah tali jemuran, di tempat diskotik, akhirnya Dia ada di mana-mana
termasuk di dalam diri manusia sendiri. Dunia ini adalah perwujudan-Nya, tetapi
hanya kepada orang yang Dia kehendakilah, Dia menampakkan wujud-Nya yang
sebenarnya. Dia Mahanya Misteri dari segala misteri yang ada. Dia Mahanya pelit
dari orang terpelit di dunia, karena sangat sangat sukar untuk melihat wujud
asli-Nya. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Bhagavad Gita Bab XIII Sloka 15<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>bahir antas cha bhutanam<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>acharam charam eva cha<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>suksnmatvat tad avijneyam<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>durastham cha ntike cha tat</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<o:p> </o:p><i>ada di luar dan di dalam
semua insani, tiada bergerak tetapi
bergerak senantiasa,</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i>terlalu amat halus untuk diketahui, jauh nian namun juga dekat
sekali.</i><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dari keberadaan Tuhan ada
dimana-mana, yang paling penting untuk dipegang sebagai bahan kajian spiritual
adalah bahwa <b>Tuhan ada di dalam diri manusia</b>, sehingga dengan memahami ini
manusia seharusnya tidak jauh-jauh sampai menyebrangi laut, melintasi udara,
menghabiskan biaya yang tidak sedikit untuk mencari Tuhan. Tidak kalah pentingnya dari pemahaman di atas
adalah, bahwa <b>para Dewa dan Bethare bukanlah Tuhan atau manifestasi dari Tuhan</b>,
karena Tuhan adalah tak termanifestasikan. Dewa dan Bethare adalah mahkluk
ciptaan dari Tuhan sekali lagi mahkluk ciptaan Tuhan yang sama seperti manusia
dan bahkan manusia mempunyai derajat kempurnaan lebih tinggi secara pisik
dibandingkan mereka. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Tuhan yang telah menciptakan
tingkat-tingkat dari pada Dewa-dewa yang memiliki sifat-sifat hidup dan
mempunyai sifat gerak. Juga diciptakannya Sadhya yang berbadan halus serta
upacara (yajna) yang kekal. (Manava Dharmasastra I.22)</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dalam pelaksanaan sembahyang
sampai dengan saat ini, masih terdapat kerancuan antara menyembah dengan
mebakti ataupun menghormat. Ketika umat hindu bertanya: mengapa orang hindu
menyembah Dewa?. Kebanyakan para cendekiawan, rohaniawan hindu memberikan
penjelasan kepada umat hindu yang bertanya: karena keterbatasan manusia dalam
menyembah Tuhan Yang Maha Gaib, sehingga kita menyembah Tuhan melalui
manifestasinya, seperti para Dewa, Bethare dan Leluhur. Alasannya kenapa
melalui Dewa, Bethare dan Leluhur, karena mereka berada lebih dekat dengan
Tuhan. Ini adalah jawaban yang tidak berdasarkan sastra dan hanya berdasarkan
logika pemikiran yang yang sangat picik. Barangkali mereka beranggapan, karena
para Dewa, Bethare dan Leluhur, berada di dunia maya yang tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang (kecuali oleh orang-orang tertentu), keberadaannya atau posisinya
sangat dekat dengan Tuhan Yang Maha Gaib.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Bhagavad Gita Bab XI sloka 47<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>sribhagavan uvacha :<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>maya prasanmena tava rjune dam<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>rupam paraam darsitam atmayogat<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>tejomayam visvam anantam adyam<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>yan me tvadanyena na
drishtapurvam</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<o:p> </o:p><i>Sri Bagawan berkata :</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i>berkat restu-Ku, melalui kekuatan
sakti yoga-Ku oh Arjuna, telah diperlihatkan padamu rupa-Ku, agung, cemerlang,
universil, tak terbatas, terutama yang kecuali olehmu belum pernah dilihat
siapa jua.</i><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Bhagavad Gita Bab XI sloka 52<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>sudurdarsam idam rupam<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>drishtavan asi yan mama<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>deva apy asya rupasya<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>niyam darsanakankshinah</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i><o:p> </o:p>Sri Bhagawan berkata :</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i>sungguh sukar dilihat rupa-Ku ini
yang engkau telah dapat saksikan,<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i>sedang para dewatapun selalu
mengharapkan untuk dapat menyaksikan wujud Rupa ini. </i><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sloka di atas menjawab keraguan
manusia apakah Tuhan Yang Maha Gaib mempunyai wujud? Dan sekaligus menjawab
pertanyaan kepada siapa sajakah Tuhan berkenan memperlihatkan wujud-Nya? Hanya
kepada orang-orang seperti Arjunalah yang menurut kaca mata Tuhan sudah mencapai
tingkatan <b>seorang yogi yang sempurna</b> Tuhan memperlihatkan wujud-Nya, seperti
yang tersurat dalam wirama Totaka : ring angambeki yogi kiteng sakala. Hanya
kepada orang yang sudah mencapai tingkatan yogi yang sempurna (menurut kaca
mata Tuhan) beliau dapat dilihat berwujud nyata. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Bagaimana Tuhan Yang Maha Misteri
dan Maha Gaib dapat dilihat?</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Bhagavad Gita Bab XI sloka 53
mengatakan :<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>na ham vedair na tapasa<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>na danena na che jyaya<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>sakya evamvidho drashtum<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>drishtavan asi mam yatha</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<o:p> </o:p><i>Aku tidak bisa dilihat dalam rupa
seperti yang engkau telah saksikan, pula biarpun dengan kitab suci Weda,
tapabrata maupun dengan sedekah atau upacara-upacara.</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Bhagavad Gita Bab XI sloka 54
menjelaskan :<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>bhaktya tv ananyayaa sakya<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>aham evamvidho rjuna<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>jnatum drashtum cha tattvena<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>praveshtum sha paramtapa</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i><o:p> </o:p>tetapi dengan pengabdian jua yang
hanya terpusatkan (kepada Tuhan), oh Arjuna</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i>Aku dapat diketahui juga
sesungguhnya dapat dilihat, Parantapa.</i><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sloka 53 di atas menjelaskan
kepada kita, betapa sulitnya manusia untuk bisa melihat Tuhan-nya sendiri, yang
menciptakan mereka, walaupun dengan kitab suci Weda, tapabrata, sedekah atau
dengan berbagai macam upacara. Fakta sampai dengan saat ini belum seorang
manusia yang sanggup mengatakan perwujudan Tuhan yang sebenarnya kepada kita
dan sekalipun ada, dia pun tidak boleh mengatakannya kepada kita, karena itu
merupakan wadi atau larangan hukum akhirat. Disamping itu, alasan yang secara
nalar manusia dapat diterima adalah karena belum tentu orang lain yang
diberitahukan atau yang mendengar pemberitahuan tersebut dapat menerima dan
percaya akan kebenaran dari cerita yang dia katakan dan sangat mungkin mereka
akan mengatakan, dia itu orang gila, sakit jiwa dan sebagainya. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Akan tetapi
saya sangat yakin bahwa Tuhan itu mempunyai wujud, dengan alasan bahwa Tuhan
itu ada dan Tuhan bisa menciptakan dunia yang nyata dan manusia. Tuhan
dikatakan tiada, karena manusia sangat sangat sulit untuk mengetahuinya (maya).
Sumber sastra yang menyebutkan atau menggambarkan perwujudan Tuhan dan dapat
dilihat oleh manusia (<b>Arjuna setelah diberi pengliatan dewa oleh Kresna</b>) adalah
kitab Bhagavad Gita Bab XI yaitu tentang <b>VISVA RUPA DARSANA YOGA</b>. Bab inilah
yang meyakinkan kita bahwa Tuhan itu mempunyai wujud. Sloka 54 mengajarkan
kepada kita, bagaimana usaha yang harus ditempuh oleh manusia sebagai sang
pencari Tuhan untuk dapat menguak tabir Maha Misteri dan melihat Dia. Disana
dijelaskan, bahwa dengan pengabdian yang hanya terpusatkan (kepada Tuhan),
manusia sesungguhnya dapat melihat Tuhan-nya. Apa sebetulnya makna hakiki yang
terkandung dalam kalimat : <b>dengan pengabdian yang hanya terpusatkan kepad Tuhan</b>
? Tidak lain adalah <b>Iswara prani dhana</b> yang mempunyai makna penyerahan diri semata-mata
hanya kepada Tuhan Sang Maha Pencipta. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kewajibanmu hanyalah bertindak
(melaksanakan), bekerja tiada mengharapkan hasil, jangan sekali pahala menjadi
motifmu, jangan pula hanya berdiam diri jadi tujuanmu. (B.G. II sloka 47).
Titah jalmo manuso sakdermo ngelakoni, ora kuwoso jaluk. Kodrat manusia
hanyalah sebatas melaksanakan, tidak ada hak untuk meminta pahala. Artinya,
ketika seseorang sudah sampai pada tingkat kesadaran Iswara prani dhana, maka
dia akan sadar sesadar-sadarnya, ikhlas seikhlas-ikhlasnya atas apa yang dia
laksanakan adalah semata-mata karena perintah Tuhan (Gusti-nya) dan dia tidak
akan memikirkan, mengharapkan ataupun menhitung-hitung hasil yang akan
diperoleh terlebih dulu. Kenapa? Bagi orang
yang sudah mencapai tingkatan <b>Iswara prani dhana,</b> dia sudah sangat yakin dan
paham bahwa Tuhan itu Maha Mengetahui, Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Pemurah,
Maha Pelindung, Maha Pengasih dan sebagainya. Manusia tidak perlu bicara
meminta, mengharap, karena Tuhan sudah mengetahui sebelumnya apa yang
dipikirkan oleh manusia. Karena Tuhan-lah yang menciptakan dan sekaligus
menulis/menentukan jalan hidup masing-masing manusia yang tiada lain <b>ibarat
wayang dalam genggaman sang Maha Dalang</b>. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Dalam Bhagavad Gita Bab IX sloka
34 dikatakan :<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>manmana bhava madbhakto<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>madyai mam namaskuru<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>mam evai shyasi yuktvai vam<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>atmanam matparayanah</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i><o:p> </o:p>Pusatkan pikiranmu pada-Ku,
berbakti pada-Ku, bersujud pada-Ku, sembahlah Aku dan setelah kau
mendisiplinkan jiwamu, Aku jadi tujuanmu tertinggi, kau akan tiba pada-Ku.</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sloka di atas mengajarkan kepada
kita : pusatkan pikiranmu pada-Ku. Apa makna dari kalimat tersebut? dan
siapakah yang dimaksud dengan pikiran? Serta siapakah yang dimaksud dengan Ku?.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dalam <b>B.G Bab X sloka 22</b>
dikatakan :<b> indriyanam manas cha smi</b>,
yang ditrjemahkan : <b>dari semua indria Aku adalah pikiran.</b> Artinya, bahwa
pikiran itu tidak lain adalah salah satu elemen Tuhan yang ada pada diri
manusia yang tempatnya di kepala (otak). Itulah sebabnya di Bali ada istilah
Ongkare sungsang. Kenapa Ongkare disimbolkan sungsang (terbalik), karena
pikiran manusia sangat cendrung untuk bersifat negatip sebagai akibat pengaruh dari pancaindria :<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<ol>
<li>Sifat kulit yaitu sebgai alat perasa, radar pertama yang
menerima segala seuatu yang menyentuhnya dan mengirimkan ke otak, dan pikiran
yang menentukan jawabannya. Makna yang dikandung disini adalah nafsu berbuat
baik (nafsu sattwam).</li>
<li>Sifat kuping yaitu cepat tersinggung dan marah (nafsu
amarah),</li>
<li>Sifat
mata yaitu cepat bernafsu ketika melihat sesuatu yang menggairahkan ( nafsu
kama), </li>
<li>Sifat mulut yaitu loba terhadap sesuatu yang dapat
memberikan kenikmatan duniawi nafsu
lobha),</li>
<li>Sifat hidung yaitu sirik terhadap keadaan yang dialami
oleh orang lain (nafsu matsarya).</li>
</ol>
<o:p></o:p><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sifat negatip ini lebih cendrung
merusak atau disebut sifat Ciwa. Itulah sebabnya ubun-ubun manusia disebut Ciwa
dwara. Mata ketiga yang terletak di dahi antara dua alis manusia disebut mata
Ciwa yang dapat melihat hal-hal yang tidak kasat mata (gaib).<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sedangkan yang dimaksud dengan
Ku, adalah /Roh (<b>Antaratma</b>) yang bersthana di pepusuh (jantung), merupakan
<b>Saksi dan Penasehat Agung </b>ketika pikiran manusia hendak menyimpang dari
kebenaran menurut kacamata Tuhan. Di Bali disimbolkan dengan <b>Ongkara ngadeg</b>.
Jantung manusia bisa terus berdenyut karena suatu kekuatan yang sangat luar
biasa, yang rahasia, yang wujudnya sangat sulit untuk dilihat oleh mata. Dia
dapat dilihat oleh pikiran yang betul-betul suci. Ketika pikiran manusia sangat
dipengaruhi oleh lima sifat negatip tersebut di atas, maka ia cendrung untuk
tidak menghiraukan nasehat dari hati nuraninya. Hal ini akan menyebabkan
semakin menjauh dan gelap jarak antara yang mencari dan yang dicari, semakin
jauh dan gelap jarak antara <b>Ongkare ngadeg</b> dan <b>Ongkare sungsang</b>. Maka dari itu,
tugas manusia adalah untuk berusaha membebaskan pikiran dari keterikatan atau
pengaruh kelima sifat negatip tersebut, sehingga yang muncul adalah pikiran
yang suci dan Ongkare sungsang berubah menjadi Ongkare ngadeg. Apabila sudah
sama-sama ngadeg, barulah keduanya bisa bersatu dalam mencapai tujuan yaitu
bertemu dengan Tuhan Yang Maha Pencipta.<o:p></o:p></div>
</div>
siwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6505566912326746369.post-25501951456826191142017-12-24T04:05:00.001-08:002017-12-24T04:05:37.226-08:00Ganapati Tatwa<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Ganapati tatwa</b> menggunakan bahasa
jawa kuna yang kadang kadang diselingi bahasa sanskerta. Penyampaian ajarannya
menggunakan dialog antara Siwa sebagai Mahaguru kepada Bathara Gana yang juga
disebut Sanghyang Ganapati. Adapun dialognya
pada Ajaran kebenaran tentang sumber ciptaan serta proses kembali kepada
asalnya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada awalnya digambarkan tidak
ada apa-apa. Tidak ada langit, tidak ada bumi, tidak ada sunia, tidak ada ilmu
pengetahuan dan sebagainya. Yang ada hanyalah Tuhan Yang Maha Esa dalam keadaan
Nirguna, sukha Achintya yaitu keadaan maha bahagia tidak terpikirkan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kemudian terjadilah evolusi dari
<b>Sanghyang sukha acintya</b>, munculah <b>Sanghyang Jnana Wisesa </b>yaitu pengetahuan yang
mulia. Ia berbadankan alam semesta, tetapi tidak ternoda, tak terpengaruh oleh
apapun, tak terjangkau karena Ia berkeadaan wisesa, Maha Kuasa.. Ia disebut
juga <b>Sanghyang Jagat Karana, </b>karena memiliki ilmu pengetahuan yang mahakuasa
dan sebagai penyebab dunia atau alam semesta dengan segala isinya. Disinilah Ia
menampilkan diriNya dalam aspek <b>Saguna.</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kemudian timbul keinginan beliau
untuk menyaksikan keadaanNya sendiri / keadaan sekala niskala itulah sebabnnya beliau menciptakan yang berkeadaan
nyata ( <b>Paras</b> ) dan yang tidak nyata ( <b>para</b> ) dan sunia sebagai bayanganNya
sendiri. Sanghyang jagatkarana bersemayam dalam sunia. Dari sanalah beliau
mengadakan ciptaan-ciptaan selanjutnya secara berturut-turut, seperti Ongkara
Sudha, suara, windu prana suci yang didalamnya terdapat nada prana jnana sudha.
Dari windhu lahir <b>Panca Dewata</b> atau panca Dewa Atma yaitu Brahma, Wisnu, Rudra,
Iswara, dan Sanghyang Sadasiwa, yang akan menjadi sumber ciptaan selanjutnya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dari kelima dewa tersebut, maka
Brahma, Wisnu dan Siwa yang dipandang sebagai badan perwujudan Tuhan itu
sendiri. Sedangkan Tuhan Yang Maha Esa yang tidak terpikirkan ( Acintya )
dilukiskan berada dalam batin atau hati yang suci yang disebut “ <b>guhyalaya</b>”.
Untuk memuja beliau yang sangat gaib adalah dengan menggunakan empatbelas
aksara suci ( catur dasaksara ) yaitu <b>Sang Bang Tang Ang Ing Nang Mang Sing
Wang Yang Ang Ung Mang Ong.</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ganapati Tatwa mengajarkan
tentang hakikat alam semesta, dimana diciptakan oleh Panca Dewata dari unsur
yang paling halus sampai pada tingkat yang mempunyai wujud nyata. Pertama yang
diciptakan adalah Panca tan matra yaitu ;<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Dari Brahma lahir gandha tanmatra<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Dari Wisnu lahir rasa tanmatra<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Dari Rudra lahir rupa tanmatra<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Dari Iswara lahir sparsa tanmatra<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Dari Sadasiwa lahir sabda tanmatra<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kemudian kelima tanmatra itu berkembang kedalam wujud yang
sedikit lebih konkrit, seperti ;<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Sabda tanmatra menjadi akasa berwarna bersih dan
bening<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Sparsa tanmatra menjadi bayu yang berwarna putih<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Rupa tanmatra menjadi teja berwarna putih, merah
dan hitam<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Rasa tanmatra menjadi apah berwarna hitam<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Ganda tanmatra menjadi pertiwi berwarna kuning<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pada tahap perkembangannya, barulah sampai pada tingkatan
yang mempunyai bentuk nyata, seperti ;<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo2; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Dari pertiwi lahir bumi atau tanah<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo2; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Dari teja lahir matahari, bulan dan bintang<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo2; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Dari apah lahir air<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo2; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Dari bayu lahir angina<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo2; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Dari akasa lahir suara<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo2; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Setelah alam semesta itu
tercipta, kemudian tumbuhlah semua jenis tumbuh-tumbuha dan semua jenis
binatang. Dan Panca Dewata berperan sebagai penjaganya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo3; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Brahma bertempat di selatan menjaga bumi<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo3; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Wisnu di utara menjaga air<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo3; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Rudra di barat menjaga matahari, bulan dan
bintang<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo3; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Iswara di timur menjaga udara<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo3; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Sadasiwa di tengah menjaga ether<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo3; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Proses penciptaan bhuwana alit tidak jauh berbeda, sama-sama
diciptakan panca dewata ;<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo4; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Brahma dan Wisnu menciptakan tubuh dengan sarana
tanah dan air<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo4; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Rudra menciptakan mata dari teja<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo4; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Iswara menciptakan nafas dari bayu<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo4; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Sadasiwa menciptakan suara dari akasa<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo4; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Setelah itu terbentuk, barulah
atma menjelma dalam kehidupan manusia. Dan Panca dewata pun mulai menempati bagian-bagian
tubuh untuk menjaganya, serta menumbuhkan kesadaran dan menjiwai bagian-bagian
tubuh itu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo5; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Brahma menempati muladara<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo5; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Wisnu menempati nabhi ( pusar )<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo5; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Rudra menempati hati<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo5; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Iswara menempati leher<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo5; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Sadasiwa menempati ujung lidah<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo5; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dalam proses perkrmbangan manusia
selanjutnya, manusia berperan sebagai alat melalui senggama. Sedangkan yang
menjadi benih manusia disebut rupa suksma yang berkeadaan abstrak dan gaib.
<b>Rupa suksma</b> ini menjadi sukla yang mempunyai warna seperti manik putih
kekuning-kuningan. Sedangkan swanita keluar dari <b>pradana tatwa</b>. Keduanya
kemudian bercampur dalam Rahim si ibu. Disanalah terbentuk dan berkembang
sehingga mencapai wujud yang sebenarnya. Tahapan itu dilukiskan sebagai berikut
;<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l5 level1 lfo6; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span>Umur 1bulan rupanya seperti buih<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l5 level1 lfo6; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span>Umur 3 bulan berwujud gumpalan darah<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l5 level1 lfo6; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span>Umur 4 bulan menjadi <b>S<span style="text-indent: -0.25in;">iwalin</span></b><span style="text-indent: -0.25in;"><b>gga</b>, berlubang
dibagian tengahnya berisi Ongkara dan suksma rupa</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l5 level1 lfo6; text-indent: -.25in;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l5 level1 lfo6; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span>Umur 5 bulan menjadi maya reka<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l5 level1 lfo6; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span>Umur 6 bulan menjadi seperti api<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l5 level1 lfo6; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span>Umur 7 bulan seperti ulat dalam kepompong yang
disebut gading<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l5 level1 lfo6; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span>Umur 8 bulan menjadi anak gading yang disertai
dengan nafas yang keluar dari ongkara, juga tulang, kuku dan rambut<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l5 level1 lfo6; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span>Umur 10 bulan si jabang bayi keluar dari perut
ibu<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l5 level1 lfo6; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Yang menghidupi janin sampai
menjelang kematian berbeda-beda namanya sesuai dengan tingkat perkembangannya,
namun sesungguhnya mempunyai hakekat yang sama. Ketika masih dalam kandungan
dijiwai oleh <b>Suksma Rupa</b>, setelah sepuluh bulan dijiwai oleh sunia. Setelah
lahir dijiwai oleh <b>nirwana</b>. Setelah bias menyebut nama ibu-ayah dihidupi oleh
<b>jiwa</b>. Setelah dewasa dihidupi oleh <b>atma.</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada saat kematian terjadi
pengembalian secara berjenjang, seperti atma kembali pada jiwa, jiwa kembali
pada nirwana, nirwana kembali pada sunia, sunia lenyap menjadi suksma terus
kembali pada Sanghyang Ngamutmenga, dan <b>Sanghyang Ngamutmenga</b> kembali kepada
niskala, yang merupakan tujuan tertinggi.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tujuan dari kelahiran adalah
untuk bersatunya kembali atma kepada sumbernya, tidak terlahirkan kembali.
Untuk itu Ganapati Tatwa memperkenalkan enam jenis yoga yang disebut <b>sadangga
yoga</b>. Seorang yogi dalam melaksanakan pemujaan melalui yoganya, ia mewujudkan
swalingga (atmalingga ) dalam dirinya, disamping para lingga yang ada diluar
dirinya. Dan tubuh sendiri dipandang
sebagai <b>kahyangan dewata</b>, sebagai sadhana untuk mencapai kelepasan. Pada saat
atma meninggalkan tubuh, jalan terbaik adalah melalui sela-sela pikiran,
sehingga atma mencapai tujuan tertinggi.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ada dua kemungkina yang dicapai
dalam kelepasan, yaitu ;<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l6 level1 lfo7; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span>Mungkin akan mencapai sadhudhranti yang
mengantarkan pada kamoksan, apabila petunjuk-petunjuk yang telah diberika
dilaksanakan dengan teguh. Disini atma tidak akan terlahirkan kembali.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l6 level1 lfo7; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span>Mungkin akan mencapai wyudhbhranti, yang akan
mengantarkan pada kelahiran kembali, bila semua petunjuk tidak dilaksanakan
dengan teguh.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 55.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l6 level1 lfo7; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kelepasan atau kemoksan adalah
ajaran kerohanian yang sangat tinggi dan bersifat abstrak. Karena itu ia harus
dipahami melalui pengamalan terhadap sanghyang Bedha Jnana dengan baik, adanya
keyakinan terhadap ajaran tersebut, mampu mengendalikan indrya, patuh dan bakti
kepada guru, teguh dan tekun melaksanaka ajaran dharma, serta berlaku suci
lahir bathin sebagai landasan hidupnya. Itulah yang akan mengantarkan seseorang
pada pencapaian kelepasan ( Kemoksan ).<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sumber ; <b>SIWATATTWA</b> Proyek Peningkatan Sarana Prasarana Kehidupan
Beragama Pemprov Bali 2002<o:p></o:p></div>
</div>
siwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6505566912326746369.post-62191095504479188392017-12-18T15:33:00.001-08:002017-12-18T15:33:52.303-08:00WRHASPATI TATWA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Wrhaspatitatwa </b>terdiri atas 74
pasal menggunakan bahasa sanskerta dan bahasa jawa kuna. Bahasa sanskerta
disusun dalam bentuk sloka , sedangkan bahasa jawa kunanya disusun dalam bentuk
bebas ( gancaran ) yang dimaksudkan sebagai terjemahan bahasa sanskertanya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Wrhaspatitatwa berisi dialog
antara seorang guru spiritual ( <b>Sang Hyang Iswara </b>) dengan seorang murid
bernama <b>Bhagawan Wrhaspati</b>. Sang Hyang Iswara berstana di puncak <b>Gunung
Kailasa</b>, sebuah puncak gunung di Himalaya yang dianggap suci. Bhagawan
Wrhaspati adalah seorang suci yang merupakan guru dunia yang berkedudukan di
sorga.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Garis besar ajaran dalam dialog
itu adalah</b> ;<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kenyataan tertinggi itu ada dua
yang disebut <b>Cetana</b> dan <b>Acetana.</b> Cetana adalah unsur kesadaran, acetana adalah
unsur ketidaksadaran. Kedua unsur ini bersifat halus dan menjadi sumber segala
yang ada. Cetana itu ada 3 jenis ; Paramasiwa tatwa, Sadasiwa tatwa, dan
siwatma tatwa yang disebut sebagai cetana telu, tiga tingkatan kesadaran.
Ketiganya tidak lain adalah Sang Hyang Widhi
sendiri yang telah berbeda tingkat
kesadarannya. Paramasiwa memiliki tingkat kesadaran tertinggi, sadasiwa
menengah dan siwatma terendah. Tinggi rendahnya tingkat kesadaran tergantung
pada kuat tidaknya pengaruh maya. Paramasiwa bebas dari pengaruh maya, sadasiwa
mendapat pengaruh sedang dan siwatma mendapat pengaruh paling kuat. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
SangHyang Widhi Paramasiwa adalah kesadaran
tertinggi yang sama sekali tidak terjamah oleh belenggu maya, karena Ia disebut
“<b>Nirguna Brahman</b>”, Ia adalah perwujudan sepi, suci murni, kekal abadi tanpa
aktivitas.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Paramasiwa kemudian kesadarannya
mulai tersentuh oleh maya, pada saat seperti itu Ia mulai terpengaruh oleh
sakti, guna dan swabhawa yang merupakan hukum kemahakuasaan Sanghyang Widhi
Sadasiwa. Ia memiliki kekuatan untuk memenuhisegala kehendaknya yang
disimbulkan dengan bunga teratai yang merupakan stanaNya. Ia digambarkan
sebagai perwujudan mantra yang disimbulkan dengan aksara <b>AUM ( OM ) </b>dengan
Iswara ( I ) sebagai kepala, Tatpurusa sebagai muka (TA ), Aghora ( A) sebagai
hati, Bamadewa ( BA ) sebagai alat-alat rahasia, Sadyojata ( SA ) sebagai
badan. Dewa sakti, guna dan swabhawanya, Ia aktif dengan segala ciptaannya.
Karena itu Ia disebut “<b>Saguna Brahman </b>
‘.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada tingkatan Siwatma Tatwa,
sakti, guna dan swabhawaNya sudah berkurang karena sudah dipengaruhi oleh maya.
Karena itu Siwatma Tatwa disebut juga Mayasira Tatwa. Berdasarkan tingkat
pengaruh maya terhadap Siwatma Tatwa, maka dibedakan atas delapan tingkatan
disebut astawidyasana. Bilamana pengaruh maya sudah demikian besarnya terhadap
Siwatma menyebabkan kesadaran aslinya hilang dan sifatnya menjadi awidya.
Apabila kesadarannya terpecah-pecah dan menjadi semua makhluk hidup termasuk
didalamnya manusia maka disebut Atma atau Jiwatma.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Meskipun Atma merupakan bagian
dari Sanghyang Widhi, namun karena adanya belenggu awidya yang ditimbulkan oleh
maya, maka Ia tidak lagi menyadari asalnya. Hal ini menyebabkan Atma ada dalam
lingkungan sorga neraka samsara secara berulang-ulang. Atma akan dapat bersatu
kembali kepada asalnya, apabila semua selaras dengan ajaran catur Iswarya,
Panca Yama Brata, Panca Niyama Brata dan astasiddhi. Bilamana dalam segala
karmanya bertentangan dengan ajaran-ajaran tadi maka atma akan tetap berada
dalam lingkaran samsara, reinkarnasi.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bentuk atau wujud reinkarnasi
atma sangat banyak tergantung karma wasananya atma pada saat penjelmaanya
terdahulu. Salah satu bentuk reinkarnasi itu adalah sebagai sthawara janggama
yang disebutkan sebagai penjelmaan paling jelek. Bentuk reinkarnasi itu adalah suatu
penderitaan luar biasa yang harus dihindari.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Untuk mengakhiri lingkaran
samsara ini, whraspati tatwa mengajarkan setiap orang untuk menyadari hakekat
Ketuhanan dalam dirinya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara :<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 52.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->1.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Mempelajari segala Tatwa<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 52.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->2.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Tidak tenggelam dalam kesenangan hawa nafsu
indria<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 52.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]-->3.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Tidak terikat pada pahala-pahala perbuatan
baik-buruk<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 52.5pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Lain daripada itu, whraspati tatwa juga
mengajukan jalan lain untuk mencapai Sanghyan Wisesa yaitu dengan selalu
memusatkan pikiran pada Dia ( YOGA ) melalui enam tahapan yang disebut
sadanggayoga. Yoga didasari dan dibangun oleh dasasila, sepuluh perilaku yang
baik. </span><br />
<span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><br /></span>
<span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><br /></span>
<span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Sumber : buku SIWATATWA , oleh pemerintah propinsi Bali, proyek peningkatan sarana prasarana kehidupan beragama tahun 2002 </span></div>
siwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6505566912326746369.post-10007121804892815802017-04-30T22:38:00.001-07:002017-04-30T22:38:37.384-07:00HAKEKAT AJARAN AJI SAKA<p dir="ltr">Aji Saka adalah salah satu dari manusia utama yang menurunkan ajaran di dunia untuk kepentingan umat manusia. Salah satu diantaranya yang sangat berkaitan erat dengan hakekat dari perjalanan hidup manusia dalam usahanya mencari kesempurnaan yang sejati ya sejatinya sempurna adalah makna dari dua puluh aksara Jawa yaitu : A(Ha)Na, CaRaKa, DaTa SaWaLa, PaDaJaYaNya, MaGa BaTaNga. Bila kita perhatikan dari dua puluh aksara tersebut tampaklah beberapa kata yang masing-masing mempunyai arti tersendiri. Hana berarti ”ada”, Caraka berarti ”utusan” (manusia), Data berarti ”macam” (sifatnya), Sawala berarti ”berlawanan/kontradiksi”, Padajayanya berarti ”sama-sama saktinya”, Maga berarti ”semoga”, Batanga berarti ”watang/mati”.<br>
Bila kata-kata tersebut kita sambungkan maka akan menghasilkan sebuah kalimat yang mempunyai makna yaitu : Ada utusan (manusia) ciptaan Yang Maha Kuasa, mempunyai sifat yang selalu berlawanan (kontradiksi), mempunyai kesaktian yang sama, semoga kamu mati. Utusan yang dimaksud adalah manusiaa yang dalam dirinya bersemayam Roh Kudus (Wisnu/Saksi yang Agung/Gusti) yang berdiam di jantung dan Jiwa perorangan (intelek/pikiran/kaula) yang ada di kepala. Dikatakan mempunyai sifat yang saling berlawanan, karena Roh/Gusti tidak terikat/terpengaruh oleh karma perbuata manusia, sedangkan jiwa pribadi (kaula) sangat dipengaruhi oleh perbuatan (panca indria) manusia dan di Bali dikenal sebagai Omkara ngadeg dan Omkara sungsang. Dikatakan mempunyai kesaktian yang sama karena dua-duanya berasal dari satu sumber yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Untuk menghilangkan dualisme tersebut dan menyatukan kaula dengan Gustinya, manusia harus bisa menjadi orang yang mati (batang/watang), maksudnya manusia harus dapat mematikan nafsu (ego) sehingga terbebas dari keterikatan duniawi, terbebas dari sifat dualisme baik dan buruk, panas dan dingin, dan sebagainya. Apabila nafsu pribadi sudah berhasil dimatikan, maka sang kaula menyerah sama Gustinya dan Gustilah sekarang yang berkuasa. Setiap gerak langkah manusia akan ditentukan oleh Gustinya dan sang kaula hanya berserah diri mengikuti apa yang dikehendaki sang Gusti, kaula sudah melebur dirinya menyatu dengan Gustinya, inilah yang disebut manunggaling kula dengan Gusti. Mati dalam istilah lainnya adalah Iswara Prani Dhana yaitu totalitas penyerahan diri semata-mata hanya kepada Tuhan Yang Maha Pencipta. Berbuatlah karena kita harus bebuat atas kehendak-Nya, bukan karena pahala.<br>
Dari uraian di atas jelaslah bahwa, dua puluh aksara yang diturunkan oleh Aji Saka merupakan ajaran tertinggi yaitu konsep dari perjalanan manusia dalam mencapai kesempurnaan yang sejati haruslah dimulai dari menjadi batang (mati dalam hidup, hidup tetapi mati) untuk menghilangkan sifat sama-sama sakti dan berlawanan (padajayanya dan data sewala) sampai pada keadaan dimana kaula menyerah dan tunduk kepada Gustinya. Setelah itu barulah utusan (ceraka/manusia) dengan diantar oleh Gustinya (Roh) bisa kembali kepada A (Ha) yaitu Gusti Kang Murbeng Dumadi, Tuhan Yang Maha Pencipta.<br>
Dalam Bhagavadgita Bab VI sloka (5) dikatakan : <br>
uddhared tamana ’tmanam<br>
na ’tmanam avasadayet<br>
atmani ’va hy tamano bandhur<br>
atmani ’va ripur atmanah<br>
Artinya: biarlah dia mengangkat jiwanya denga Jiwa, Janganlah jiwanya menjerumuskan dirinya, sebab hanya Jiwa adalah teman jiwanya dan hanya jiwa adalah musuh jiwanya.<br></p>
<p dir="ltr">bandhur atma ’tmanas tasya<br>
yena ’tmai ’va ’tmana jitah<br>
anatmanas tu satrutve<br>
varteta ’tmai ’va satrutve<br>
Artinya: Jiwa menjadi teman jiwa orang yang bisa menguasai jiwanya dengan Jiwa, tetapi bagi yang jiwanya tidak ditaklukkan Jiwa, seperti musuh, menjadi lawan.</p>
<p dir="ltr">Bila kita hayati, jelaslah, bahwa sebagai manusia jiwa perorangan (kaula) haruslah ditundukkan. Jiwa perorangan bisa tunduk apabila ia sudah terbebas dari pengaruh panca indria yaitu nafsu berbuat baik, nafsu marah, nafsu birahi, nasfu loba dan nafsu sirik. Setelah kelima nafsu tersebut bisa dimatikan, barulah sang jiwa pribadi bisa terbebas, merdeka, melihat Gustinya (Saksi Agung) tersenyum ramah menyambut dan mempersilahkan masuk menjadi satu (manunggal). Setelah kaula dan Gusti manunggal, maka dalam perjalanan hidup manusia selanjutnya Gustilah yang memegang kendali sebagai penunjuk jalan agar manusia bisa sampai ke tempat tertinggi yaitu tempatnya Brahman.<br>
Hal ini dipertegas lagi oleh Bab XIII sloka (28) yang berbunyi :<br>
samam pasyan hi sarvatra <br>
amavasthitam isvaram, <br>
a hinasty tamaña ‘tmanam <br>
tato yati param gatim.<br>
Artinya : dikala ia melihat Yang Maha Kuasa bersamayam merata dimana-mana, ia tidak menyakiti Jiwa dengan jiwa dan iapun mencapai tujuan utama. <br>
Supaya lebih mendalam, bacalah kitab Bhagavadgita, secara berulang-ulang dengan hening. Semoga dengan pertolongan 700 sloka (700 dijumlahkan = 7 = pitu = pitulungan) engkau bisa mencapai angka 18 = 9 = kesempurnaan hidup, hidup yang sempurna. Inilah makna dari kitab Bhagavadgita kenapa terdiri dari 700 sloka dan 18 bab.<br>
</p>
siwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6505566912326746369.post-31423839840304143132017-04-30T22:36:00.001-07:002017-04-30T22:40:04.014-07:00KEDUDUKAN DEWA, BETARA, MANUSIA<p dir="ltr">Belakangan rame di media social akan dituntunnya Ide Betare Mpu Ghana dari Pura Buana Dasar Gelgel Klungkung ke Pura Catur Lawe Besakih Karangasem. Dari sekian komentar dan argument yang dilontarkan oleh umat Hindu, malah kita semakin binggung jika kita tidak mengetahui konsep dari kata Betare.<br><br></p>
<p dir="ltr">KEDUDUKAN DEWA, BETHARA DAN MANUSIA </p>
<p dir="ltr">Dewa<br>
Dewa adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang tugasnya sangat erat dengan alam. Disamping Dewa juga diciptakan Dewi yang kita kenal dengan sebutan bidadari. Para dewa dan dewi diciptakan dari unsur div (sinar), sehingga mereka hanya memakai badan halus dan sulit dilihat dengan mata biasa. <br>
Para Dewa dan Dewi diciptakan untuk menjaga dunia ciptaan-Nya dan masing-masing diberi tugas sendiri-sendiri. Dewa Surya tugasnya menjaga dan mengurus matahari terbit dari arah timur dan terbenam di barat. Dewi Wulan tugasnya menjaga bulan, Dewa Bumi tugas mengurus bumi, Dewa Waruna tugasnya mengurus lautan, Dewa Yama tugasnya sebagai hakim yang adil, Dewa Indra mengurus hujan dan menjaga Indraloka, demikian juga dewa-dewa lainnya, mereka bekerja sesuai dengan hukum alam (Tuhan). Dewa bukanlah Tuhan. <br>
Didalam kitab Rig Weda X 129.6 dikatakan sebagai berikut :</p>
<p dir="ltr">”Sesungguhnya siapakah yang menganal-Nya? Siapa pula yang dapat mengatakan bila penciptaan itu dan bila ini dijadikan? Setelah diciptakannya alam semesta ini kemudian dijadikanNya Dewa-dewa itu. Siapakah yang mengetahui kejadian itu?” </p>
<p dir="ltr">Jadi sekali lagi Dewa bukanlah Tuhan, tetapi mahluk ciptaan Tuhan. Semua Dewa diciptakan tanpa nafsu, artinya tidak dibekali unsur-unsur negatip. Mereka tidak berani melanggar hukum alam. Dewa Surya tidak akan berani terbit dari barat dan terbenam di timur, tanpa kehendak dari Tuhan Yang Maha Kuasa. <br><br></p>
<p dir="ltr">Bethare<br>
Kata bethare yang mempunyai makna sebagai pelindung sangat popular di Bali. Kadang kala maknanya dianggap sama dengan dewa, seperti Dewa Brahma disebut juga Bethare Brahma.<br>
Ide Bethare yang bersthana di pure-pure, adalah berasal dari manusia yang pada masa hidupnya di dunia sudah memiliki kemampuan spiritual, seperti para Rsi, Mpu, Patih kerajaan dan Raja. Tingkat dari spiritual seseorang pada masa hidupnya pada jaman dahulu akan menentukan kedudukan pure yang ditempati.<br>
Pure-pure Sad Khayangan umumnya ditempati oleh para Rsi dan para Raja, khusus untuk pure yang ada danaunya atau kolam, Betharenya adalah wanita. Contoh Pure Sad Khayangan Bukit Lempuyang yang berstana sebagai Betare di sana adalah Empu Gni Jaya, yang berstana sebagai Betare di Pure Besakih adalah Raja Udayana, sedangkan istri beliau berstana sebagai Betare di Pure Taman Suranadi Lombok. Raja Airlangga berstana sebagai Betare di Pure Baliku Lombok Barat, sedangkan istrinya berstana sebagai Betare di Pure Danau Beratan dan Danau Batur serta di Pure Sengigi Lombok Barat. Jadi perlu dipahami, bahwa Ide Bethare adalah dulunya manusia. <br>
Setiap berkunjung ke Pura saya selalu bertanya pada pemangku pura, siapa yang melinggih pada pura tersebut. Seperti di Pura Pasar Agung Besakih dan Pura Buana Dasar Gelgel Klungkung, jawaban mereka sama “Ide Betare Lingsir” Kenapa ? Karena memang Ide Betare yang melinggih di pura sudah merage lingsir. Pernah hidup pada beberapa puluh bahkan ratusan tahun yang lalu. <br></p>
<p dir="ltr">Manusia<br>
Selanjutnya, untuk melengkapi para pelaku yang akan memainkan sandiwara Agung-Nya sampai waktu kiamat nanti, maka Tuhan menciptakan manusia dari sarinya tanah dan Tuhan meniupkan sebagian roh-Nya kedalam diri manusia, sehingga didalam diri manusia terdapatlah sifat-sifat dari penciptanya yaitu Rwa Bhineda (baik dan buruk). Karena ada tujuh lapisan bumi (Sapta Petala), maka ada tujuh warna dari tanah. Itulah sebabnya, warna kulit manusia terlihat ada berbagai warna. Manusia bisa menjadi iblis/syetan dan bahkan melebihi, manusia juga bisa menjadi dewa dan bahkan melebihi dewa, tergantung dari kemampuannya untuk mengolah hati dan pikirannya dalam mengikuti tulisan skenario dari yang menciptakannya. Itulah sebabnya manusia bisa dikatakan paling sempurna diantara mahluk ciptaan-Nya, ini artinya antara dewa, manusia dan Betare, serta ciptaan-Nya yang lain, manusialah yang paling sempurna. Manusia diberikan kebebasan untuk mempergunakan akal dan kekuatannya untuk mengelola dunia nyata ini dengan memperhatikan hukum sebab dan akibat. Pengertian ini sangat penting sekali untuk dipahami bagi manusia, karena akan berkaitan dengan tata cara dalam melaksanakan sembah. Dalam ajaran agama Hindu sebenarnya hanya ada eka sembah (satu sembah) yaitu sembah manusia kepada Sang Maha Pencipta, sembah dari kawula kepada Gustinya, lain itu tidak ada. Kepada para dewa, bethara, leluhur, manusia hanya menerapkan ajaran Tat Twam Asi, saling menghormati, mengasihi, dan saling mendoakan sesama ciptaan Tuhan. <br>
Khusus Bethara, yang diartikan sebagai pelindung, ada yang berasal dari manusia artinya, dulunya bethara tersebut pernah lahir sebagai manusia seperti kita, hanya saja mereka sudah mencapai tingkat kesucian tertentu seperti para bhagawan, rsi, mpu, seorang raja yang sudah menjadi bhiksuka, atau manusia yang memiliki kesaktian tingkat tinggi. Kita ambil contoh yang paling gampang yaitu Mpu Genijaya, Mpu Kuturan, Dang Hyang Dwijendra, Dang Hyang Astapaka, Ratu Pasek dan orang-orang suci lainnya. Begitu juga orang-orang yang menjadi pengikut ilmunya Dewi Durga dan sudah mencapai tingkat puncak, dia bisa duduk sebagai pelindung di pure-pure dalem. <br>
Dengan mengetahui dan memahami, bahwa posisi manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna secara fisik, maka diharapkan kita sebagai manusia bisa memilah-milah dan memilih apa seharusnya dilakukan untuk mencapai tujuan hidupnya yaitu Moksartam Jagadhita Ya Ca Iti Dharma</p>
siwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6505566912326746369.post-35367821396613595032017-04-30T20:41:00.001-07:002017-04-30T20:41:18.295-07:00JAPA MANTRA GAYATRI<p dir="ltr"></p>
<p dir="ltr">Dalam kehidupan umat Hindu banyak sekali kita jumpai munculnya aliran yang memyembah dan memuja para dewata. dalam pemujaan terhadap manifestasi Brahman tentu saja mantra yang digunakan adalah mantra salah satu Dewata yang dipujanya. Misalnya, pemuja Dewa Siwa akan mengunakan japa mantra “Om Nama Siva Ya”. Pemuja Dewi Saraswati akan mengunakan mantra “Om Shrii Aji Saraswati Ya Namah” dan sebagainya <br>
Dalam Bhagavad Gita Bab IX Sloka (25) dikatan : <br>
yanti devavrata devan, <br>
pitrin yanti pitrivratah, <br>
bhutani yanti bhutejya, <br>
yanti madyajino “pi mam.<br>
Artinya : <br>
yang memuja dewata pergi kepada dewata,<br>
yang memuja leluhur mereka perginya ke leluhur, <br>
dan yang memuja roh perginya menuju alam roh, <br>
tetapi mereka yang memuja Aku datang kepada Ku. <br>
Dari sloka diatas dapat kita telaah bahwasannya memuja para dewata belumlah cukup, karena hanya akan mengantarkan kita ke alam dewata. Bukan pada tujuan umat hindu yaitu Moksa (bersatunya Atman dengan Paramatman/manunggaling Kaula Gusti) seperti kita ketahui bahwa para dewa itu ciptaan dari Brahman yang berasal dari kata div yang berarti sinar dan kemudian di Indonesia kita kenal dengan nama Dewa. <br>
Atharvaveda IV.1.1.  mengatakan : <br>
Brahma jajnanam prathamam purastat.</p>
<p dir="ltr">Hyang Widhi Wasa adalah yang pertama-tama, yang ada di alam semesta.</p>
<p dir="ltr">Atharvaveda X.2.25. mengatakan :<br>
Brahmana bhumir vihíta,  brahma dyaur uttara hita<br>
Brahma idam urdhvam tiryak ca antariksam vyaco hitam.</p>
<p dir="ltr">Brahman menciptakan bumi ini. Brahman menempatkan langit ini di atasnya.    <br>
Brahman menempatkan wilayah tengah yang luas ini di atas dan di jarak lintas.</p>
<p dir="ltr">Sangat jelas sloka diatas menyebutkan jika alam semesta ini diciptakan olehNya dan para dewata mempunyai tugas untuk mengatur alam semesta ini.<br>
Lantas jika pemujaan kepada para dewata masih belum cukup, mantra apa yang pantas kita gunakan ?<br>
Mari kita lihat sloka dalam Buku Bhagavad Gita Bab X Sloka 35<br>
Brihatsama tatha samnam<br>
Gayatri cgandasam aham<br>
Masanam margosirsho han<br>
Ritunam kusumakarah<br>
Artinya :<br>
Diantara lagu pujaan aku adalah brihatsama<br>
Diantara syair suci aku adalah gayatri <br>
Diantara bulan bulan aku adalah margasirsha <br>
Diantara musim musim aku adalah musim semi</p>
<p dir="ltr">Mantra Gayatri berasal dari Reg Weda yang kemudian sering kita pakai dalam tiap Tri Sandya (bait pertama)<br>
BUNYI MANTRA GAYATRI <br>
    OM BHUR BUWAH SWAH<br>
    (Ya Tuhan, Engkau penguasa alam nyata, alam gaib, alam maha gaib)<br>
    TAT SAWITUR WARENYAM     <br>
   (Engkaulah satu-satunya yang patut hamba sembah)<br>
    BHARGO DEWASYA DHIMAHI<br>
   (Engkaulah tujuan hamba dalam semadhi)<br>
    DHIYO YO NAH PRACODAYAT<br>
   (Terangilah jiwa hamba agar hamba berada dijalan yang lurus menuju Engkau)</p>
<p dir="ltr">Japa berarti mengucapkan mantra secara berulang ulang. Japa bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Tergantung situasi dan kondisi dari si pengucap mantra tersebut. Kadang untuk mengingatkan, kita sering memutar dalam bentuk MP3 tapi kita kadang lupa melakukannya sendiri . jika orang dalam keadaan sakit dan tidak mampu duduk untuk merapalkan japa mantra, mereka bisa mengunakan sikap Savasana (sikap sawa/mayat) maksudnya sikap tidur di pembaringan. Jadi lakukanlah japa dengan sikap sesuai dengan kondisi senyaman mungkin. Lebih  bagus lagi kalau japa gayatri ini kita lakukan di kamar suci, merajan ataupun pura.<br>
Sudah banyak sekali orang yang membuktikan kemampuan mantra gayatri yang maha dahsyat ini. Ada yang memperoleh kesembuhan dengan pengucapan mantra gayatri, ada yang memperoleh ketenangan batín dan ada pula memperoleh kebahagiaan duniawi (harta benda). Awalnya bermacam-macam motif yang diinginkan oleh orang yang melakukan japa mantra gayatri akan tetapi setelah menjalani berjapa, mereka akan memperoleh peningkatan pemahaman tentang Ketuhanan yang sebenarnya. Sudahkan anda berjapa hari ini ?</p>
siwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6505566912326746369.post-3467875970144846052015-03-17T20:00:00.000-07:002015-03-17T06:01:38.735-07:00FUNGSI GAYATRI MANTRAM<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif; text-align: justify;">Tulisan ini bersumber dari seorang penekun spiritual, Beliau mengajarkan manfaat berjapa gayatri bagi umat hindu, serta bagaimana seharusnya kita memahami keberadaan Tuhan.</span><br />
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sudah banyak diantara umat Hindu yang mengenal dan hafal
mantra Gayatri, namun belum semua diantara yang hafal dan mengenal mantra
Gayatri mengetahui apa saja kegunaan dari mantra yang sangat universal ini dan
dianggap sebagai ibunya mantra. Untuk itu saya mencoba
menyampaikan sedikit pengalaman
mempergunakan mantra Gayatri dalam kehidupan sehari-hari dan dampak sampingan bagi kita untuk
meningkatkan tingkat spiritual
masing-masing.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sebelumnya, perlu diketahui yang
lebih penting dari pada itu adalah pemahaman tentang keberadaan diri kita
sendiri yaitu bahwa kita lahir ke dunia bukanlah seorang diri. Secara kodrat
sudah ditentukan bahwa manusia itu lahir ke dunia bersama dengan delapan
saudara kembarnya sehingga menjadi sembilan dengan dirinya. Empat berada di
luar diri manusia dan <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">lima</st1:city></st1:place>
berada di dalam diri manusia yang dikenal dengan sebutan “sedulur papat kelima
pancer”. Sedulur papat kelima pancer ini adalah merupakan kunci utama dari
berhasil atau tidaknya seseorang mengarungi kehidupan di dunia ini dan di dunia
kelanggengan. Ketika kita mau makan, berangkat kerja, sembahyang dan sebagainya
kita harus mengajak mereka bersama-sama, agar kita dijaga dari hal-hal yang
tidak kita inginkan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
</div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<b><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"> <st1:place w:st="on">OM</st1:place>
BHUR BUWAH SWAH<o:p></o:p></span></b></div>
</div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;">
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"> (Ya Tuhan, Engkau penguasa
alam nyata, alam gaib, alam maha gaib)</span></div>
</div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"> <b>TAT
SAWITUR WARENYAM <o:p></o:p></b></span></div>
</div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;">
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"> (Engkaulah satu-satunya yang
patut hamba sembah)</span></div>
</div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"> <b>BHARGO
DEWASYA DHIMAHI<o:p></o:p></b></span></div>
</div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">
(Engkaulah tujuan hamba dalam semadhi)</span></div>
</div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<b><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"> DHIYO YO NAH PRACODAYAT<o:p></o:p></span></b></div>
</div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;">
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"> (Terangilah jiwa hamba agar
hamba berada dijalan yang lurus menuju Engkau)</span></div>
</div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;">
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></b></div>
</div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;">
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">MANTRA
GAYATRI UNTUK MENGAGUNGKAN DAN MENYEMBAH
TUHAN</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;">
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"> Dengan mengucapkan mantra Gayatri secara
berulang-ulang minimal 108 kali </span><span style="font-family: Verdana, sans-serif; text-indent: -9pt;">sesering mungkin untuk mengagungkan, menyembah
Dia, maka kita akan </span><span style="font-family: Verdana, sans-serif; text-indent: -9pt;">memperolah ketenangan jiwa dan pikiran, caranya Ucapkan pertama Om </span><span style="font-family: Verdana, sans-serif; text-indent: -9pt;">Awignham Astu Namo
Siddham sebelum kita memulai suatu pekerjaan. </span><span style="font-family: Verdana, sans-serif; text-indent: -9pt;">Selanjutnya ajak saudara kita
untuk sembahyang : Sedulurku papat kelima </span><span style="font-family: Verdana, sans-serif; text-indent: -9pt;">pancer, kakang kawah adi ari-ari kang
lahir tunggal dine, tunggal jalan, </span><span style="font-family: Verdana, sans-serif; text-indent: -9pt;">kadangku tuwo lan sinom podo, mari kita
sama-sama menyembah kehadapan </span><span style="font-family: Verdana, sans-serif; text-indent: -9pt;">Ida Sang Hyang Widhi Waca. Ucapkan OM TAT SAT
EKAM EVA ADWITYAM </span><span style="font-family: Verdana, sans-serif; text-indent: -9pt;">BRAHMAN, selanjutnya japa gayatri dengan khusuk.</span></div>
</div>
</div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-indent: -9pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: -9pt;">
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<b style="text-indent: -24px;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></b></div>
</div>
</div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: -9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><b style="text-indent: -24px;"> MANTRA GAYATRI UNTUK MENDOAKAN <st1:place w:st="on">PARA</st1:place> BHETARE DAN
LELUHUR KITA</b><b><o:p> </o:p></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-indent: -9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: 12pt;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Betare yang duduk di sebuah pure, dulunya adalah manusia
sama seperti kita. Bedanya, beliau pada waktu </span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">hidupnya sudah mempelajari,
mengamalkan weda sehingga</span><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: 12pt;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: small;">mencapai
tingkat kesucian tertentu menurut kaca </span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">mata Tuhan dan diijinkan untuk menjadi
Bhetare (pelindung). </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: small;">Contohnya : Mpu Gnijaya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Terhadap beliau kita tidak
perlu menyembah, akan tetapi mendoakan beliau, karena beliau belum mencapai
tahapan puncak yaitu Aham Brahman Asmi (artinya masih bertugas/beryadnya
sebagai pelindung). Caranya :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ya Tuhan yang Maha Sempurna,
semoga Engkau menganugrahkan kesempurnaan yang sejati ya sejatinya sampurna
kepada Bhetare yang duduk di pure ini (atau sebut nama purenya). Hamba
hadiahkan Gayatri Mantram 108 kepada beliau. Lakukan japa. </span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Bagi yang frekwensinya sudah
nyambung, Bhetare akan hadir melalui penglihatan mata bathin.</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kepada para leluhur, orang tua
(almarhum) dapat dilakukan sebagai berikut :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ya Tuhan Yang Maha Pengampun,
semoga engkau mengampuni segala dosa dari para leluhur hamba, atau almarhum
kedua orang tua hamba (sebut namanya), berikanlah tempat yang layak kepada
mereka. Hamba hadiahkan Gayatri Mantram 108 untuk beliau. Leluhur yang kita
doakan biasanya akan hadir dalam mimpi.</span></div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Gayatri Mantram adalah sebuah mantra yang khadamnya adalah
kekuatan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sangat tergantung dari tingkat kesucian
pikiran dan hati dari yang mengucapkannya. Walaupun sepuluh orang sama-sama
mengucapkan mantra Gayatri, tapi hasil tidak akan sama tergantung kesucian hati
dan pikiran masing-masing.</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Namun demikian, dengan lebih
sering berjapa Gayatri Mantram kita akan sedikit demi sedikit dapat mencapai
kesucian itu. Teruslah berjapa dan jangan pernah bosan. Lambat tapi pasti,
ketenangan jiwa akan mulai terasa. Sabar, sabar, dan sabar, karena sabar itulah
kunci dari kesuksesan kita.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
</div>
</div>
siwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.com21tag:blogger.com,1999:blog-6505566912326746369.post-16055801497068911002014-07-02T22:27:00.000-07:002014-07-02T22:27:01.597-07:00Pengertian Moksa dan Jagaditha<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;">Tujuan tertinggi
dari kehidupan manusia menurut ajaran Weda adalah menyatu dengan Sang Maha
Pencipta (Aham Brahman Asmi). </span><span lang="DE" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: DE;">Dalam masyarakat hindu lebih dikenal dengan istilah
moksa. Moksartham Jagadhitaya ca iti dharma artinya bebaskanlah keterikatan
pikiranmu dari ilusi duniawi, sehingga kamu bisa mencapai kebahagiaan didunia
(dunia nyata dan dunia kasunyatan) dengan cara menghayati dan mengamalkan ajaran
dharma. Sangat perlu untuk menjadi perhatian kita adalah mengenai kebahagiaan
di dunia, apakah yang sesungguhnya dimaksud ? Dalam sudut pandang manusia
normal, bahwa harta benda, istri dan anak serta pangkat ataupun kedudukan
merupakan sesuatu yang sangat didambakan dan bahkan diagungkan, karena dengan
itu semua mereka merasakan sejahtera dan bahagia. Tidak sedikit orang yang
beranggapan bahwa apa yang dia miliki adalah miliknya, sehingga dia sangat
terikat oleh miliknya tersebut. Ada yang sampai tidak pernah merasa puas dan
selalu merasa kekurangan (loba) atau juga ada yang dengki dan iri hati terhadap
harta orang lain, sehingga diapun berusaha untuk mengejar meskipun harus
menempuh jalan yang keliru. Bagaimanakah pandangan manusia yang tidak
normal terhadap fenomena duniawi ?
Orang-orang seperti ini akan menganggap bahwa semua itu hanyalah tipuan belaka
dari Sang Maha Penipu. Mereka beranggapan bahwa kesejahteraan dan kedamaian
hidup di dunia bukanlah semata-mata karena harta kekayaan, istri dan anak serta
kedudukan seseorang. Akan tetapi yang lebih penting adalah dimana manusia
mengerti akan hakekat dari semuanya itu, bahwa tak satupun dari semua itu
merupakan hak atau miliknya. </span><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;">Karena pemilik yang sejati adalah Yang Maha Pencipta dan
Maha Kaya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: 'Calisto MT', serif; text-indent: 0.25in;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: 'Calisto MT', serif; text-indent: 0.25in;">Manusia tidak pernah menciptakan, dia hanya mengubah bentuk dari
yang asli menjadi bermacam-macam bentuk baru. Tuhan Yang Maha Esa menciptakan
bumi, antara bumi dan langit, serta langit berikut segala isinya untuk
kepentingan umat manusia yang juga ciptaan Nya. Bagaimana menjadi seorang yang
kaya raya tetapi ia merasa tidak kaya raya, sebaliknya seorang yang miskin tetapi
ia tidak merasa miskin, ia seimbang dalam panas dan dingin, dalam suka dan
duka, dalam puji dan caci, bebas dari nafsu (ego). Bila seseorang sudah sanggup
seperti itu, maka dia sudah dapat merasakan kebahagiaan yang sejati. Jadi
pengertian jagadhita sesungguhnya, adalah terbebasnya seseorang dari
keterikatan ilusi duniawi walaupun dia berada di dalamnya. Sebab orang yang
berlimpah ruah harta kekayaan, jabatan, anak, istri, belumlah tentu mereka
bahagia dan bahkan mungkin sebaliknya, karena keterikatannya akan menyebabkan
penderitaan apabila semuanya itu diambil oleh Yang Maha Kuasa. Jagadhita yang
sejati tidaklah dapat diukur oleh banyaknya harta kekayaan, besarnya kekuasaan,
atau sebaliknya. Ukuran Jagadhita adalah apakah seseorang sudah bisa mencapai
tingkatan yogi yang hakikinya sudah sanggup membunuh dan selanjutnya
mengendalikan nafsu (musuh) yang berada dalam dirinya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: 'Calisto MT', serif; text-indent: 0.25in;"><br /></span></div>
<div class="MsoBodyText2">
<span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif";"><b>Bhagavad
Gita Bab VI sloka (5), (6),(7) dan (8) mengatakan:<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>uddhared atmana ’tmanam<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>na ’tmanam avasadayet<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>atmai ’va hy
atmano bandhur<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>atmai ’va ripur
atmanah<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;">Artinya: biarlah dia mengangkat <b>jiwanya</b>
dengan <b>Jiwa,</b> janganlah <b>jiwanya </b>menjerumuskan dirinya, sebab hanya
<b>Jiwa </b>adalah teman <b>jiwanya,</b> dan hanya <b>jiwa </b>adalah musuh <b>jiwanya.<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>bandhur atma
’tmanas tasya<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>yena ’tmai ’va
’tmana jitah<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>anatmanas tu
satrutve<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>varteta ’tmai ’va
satrutve</b><o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;">Artinya: <b>Jiwa</b> menjadi teman <b>jiwa</b>
orang yang bisa menguasai <b>jiwanya </b>dengan <b>Jiwa,</b> tetapi bagi yang <b>jiwanya
</b>tidak ditaklukkan <b>Jiwa,</b> seperti musuh, menjadi lawan, (simak ajaran
Aji Saka).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>jitatmanah prasantasya<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>paramatma
samahitah<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>sitoshna sukha
duhkheshu<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>tatha
manapamanayoh <o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;">Artinya: yang dapat menguasai <b>jiwanya</b>
dengan <b>Jiwa Tertinggi</b> dan mencapai <b>ketentraman sempurna, ia seimbang
tenang dalam panas dan dingin, dalam suka dan duka, dalam puji dan caci.</b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>jnana vijnana
triptatma<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>kustastho
vijitendriyah<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>yukta ity uchyate
yogi<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>sama loshta ’sma
kanchanah<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;">Artinya: yang jiwanya penuh ilmu dan
budi pekerti, teguh iman, panca indrianya dikuasai, <b>memandang segumpal
tanah, batu dan emas sama, maka ia-lah disebut seorang yogi.<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;">Makna yang tersirat dalam beberapa
sloka di atas adalah sangat dalam kaitannya dengan konsep manunggaling kaula
dengan Gusti. Jiwa ditulis dengan huruf ”j ” kecil (jiwa), adalah bermakna
kaula (Atman/jiwa pribadi) yang sangat terikat oleh pancaindria dan senang
dengan hal-hal duniawi yang semu dan menjebak manusia. Jiwa ditulis dengan
huruf ”J” kapital (Jiwa), adalah bermakna sebagai Gusti (Antaratman) dalam diri
manusia yang merupakan bagian dari Gusti Yang Agung, Gusti Kang Akaryo Jagad.
Apabila jiwa (kaula) sudah tunduk kepada Jiwa (Gusti) dan berteman, ini artinya
sang kaula sudah menyatu dengan Gustinya. Karena kaula sudah lebur dan menyatu
dengan sang Gusti, maka disaat kondisi seperti ini, dalam badan manusia hanya
ada sang Gusti yang berkuasa dan mengendalikan pikiran, perkataan dan tingkah
laku manusia. Kontradiksi dan pertentangan dua sifat (dualisme) sudah tidak ada
(data sewala sudah tidak ada), maka berdasarkan tuntunan dari Gusti barulah
kaula (ceraka) bisa ketemu dengan aksara A (Ho, Tuhan Sang Maha Pencipta).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>Bhagavadgita Bab VIII sloka (28)
mengatakan:<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>vedeshu yajneshu
tapahsu chai ’va<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>daneshu yat
punyaphalam pradishtam<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>atyeti tat sarwam
idam viditva<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>yogi param
sthanam upaiti cha ’dyam </b><o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;">Artinya: pahala kebajikan tersirat
dalam kitab-kitab suci Weda, bakti persembahan, tapa brata dan
sedekah-sumbangan, <b>semuanya itu dilampaui oleh yogi yang mengetahui sesuatu
ini dan mencapai tempat utama tertinggi</b>. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;">
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;">Moksa dan jagadhita adalah dua kata
yang sangat dekat maknanya. Keduanya mengandung makna bebas dari keterikatan
duniawi. Seseorang yang sudah mencapai tingkatan jagadhita yang sejati dalam
hidupnya (Jiwan Mukti), maka ia bisa mencapai moksa (Brahman Atman Aikyam).
Apabila pikiran masih terikat dengan duniawi walaupun sedikit, dia tidak bisa
mencapai kebebasan (kelepasan) yang sejati dan masuk ke alam Brahman (sorga
tingkat tujuh), karena itu, ia masih terkena hukum reinkarnasi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>Bhagavadgita Bab VI sloka (46)
mengatakan :<i><o:p></o:p></i></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>tapasvibhyo ’dhiko
yogi<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>jnanibhyo ’pi
mato ’dhikah<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>karmibhyas cha
’dhiko yogi<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>tasmad yogi bhava
’rjuna</b></span></i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b> </b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;">Artinya: <b>seorang yogi lebih besar
dari pertapa, ia lebih mulia daripada sarjana, lebih utama dari yang melakukan
upacara, karenanya, menjadilah yogi, oh Arjuna.</b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>Bab VI sloka (47) mengatakan : <o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>yogiman api
sarvesham<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>madgatena
’ntaratmana<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>sraddhavan
bhajate yo mam<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;">sa me yuktatamo
matah</span></i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;">Artinya: dan juga diantara semua
yogi, dengan penuh kepercayaan menyembah Aku dengan <b>inti-jiwa bersatu
pada-Ku, ia adalah yogi terbaik bagi-Ku.</b> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;">Jadi lebih jelas lagi, bahwa hanya
yogi yang sudah sanggup menyatukan inti-jiwanya dengan Jiwa Yang Agung lah yang
bisa masuk ke alam kelanggengan (singgasananya Tuhan). Moksa tidak dapat dicapai dengan ilmu apapun yang
dimiliki manusia. Moksa dapat dicapai hanya dengan penyerahan diri secara
ikhlas total (Isvara prani dhana) kepada Sang Maha Pencipta (Gusti Kang Murbeng
Dumadi). Karena Yang Maha Sakti tidak dapat didekati dengan kesaktian manusia.
Kalaupun ada orang yang sanggup menghilang dangan raganya masuk ke dimensi lain
itu bukanlah moksa yang dimaksudkan dalam ajaran Weda. Karena menghilang dari
kasat mata manusia belumlah tentu dapat mencapai alam kerajaan Yang Maha Agung
di langit yang tertinggi. Karena ilmu orang dapat menghilang, akan tetapi belum
tentu arahnya benar, karena bisa saja ia masuk ke alam siluman, atau baru bisa
sampai ke alam sorga. Sedangkan bila kita hayati lebih dalam, hal tersebut
dapat disebut menentang kodrat alam. Karena wadah (badan manusia) yang asalnya
dari tidak ada dijadikan ada (dengan unsur-unsur Panca Mahabhuta) oleh Yang
Maha Pencipta, pada waktu manusia
kembali kepada penciptanya, yang kembali adalah atma (jiwa perorangan)
yang sudah bersatu bersama roh kudus (Antaratma), sedangkan badan kasarnya
dilebur kembali menjadi panca mahabhuta. Coba renungkan secara mendalam makna
dari sloka 5 Bab VIII dari Bhagavadgita di bawah ini:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>antakale cha mam eva<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>smaran muktva kalevaram<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>yah prayati sa madbhavam<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>yati na ‘sty atra samsayah<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;">Artinya: barang siapa pada waktu
ajal tiba berpulang, <b>meninggalkan badan
jasmani ini</b>, dengan mnegenang Aku selalu, datang kepada-Ku ini tidak dapat
diragu-ragukan lagi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;">Sloka ini jelas menjelaskan
bagaimana orang meninggal yang sebenarnya menurut kehendak Gusti Kang Murbeng
Dumadi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;">Lebih jauh lagi mari kita simak
secara mendalam Bab XI Sloka (52), (53) dan (54), dari Bhagavadgita yang
berbunyi :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>sudurdarsam idam
rupam<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>drishtavan asi
yan mama<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>deva apy asya
rupasya<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>niyam
darsanakankshinah</b><o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;">Artinya: sungguh sukar dilihat
rupa-Ku ini, yang engkau telah dapat saksikan, <b>sedang para <i>dewatapun</i>
selalu mengharapkan untuk dapat menyaksikan wujud rupa ini.<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>na ‘ham vedair na
tapasa <o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>na danena na che
‘jyaya, <o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>sakya evamvidho
drashtum <o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>drishtavan asi mam
yatha.</b></span></i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;">Artinya: Aku tidak bisa dilihat
dalam rupa seperti yang engkau telah saksikan biarpun dengan <b>kitab suci
Weda, tapabrata, maupun dengan sedekah atau upacara-upacara.</b> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>Bhaktya tv
ananyaya sakya<o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>aham evamvidho
‘rjuna <o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"><b>jnatum drashtum
cha tattvena <o:p></o:p></b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;">praveshtum cha
paramtapa.</span></i><span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;"> <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;">Artinya: <b>tetapi dengan pengabdian
jua yang hanya terpusatkan</b> oh Arjuna, <b>Aku dapat diketahui juga
sesungguhnya dapat dilihat</b>, Parantapa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="ES" style="font-family: "Calisto MT","serif"; mso-ansi-language: ES;">“...Ring angambeki yogi kiteng
sakala,” hanya kepada orang yang sudah mencapai tingkatan yogi yang sempurnalah
Tuhan akan menampakkan wujud-Nya. Maka sekali lagi saya tegaskan, bahwa
pengertian moksa (kelepasan/kebebasan)
menurut ajaran Weda adalah bila manusia dapat mencapai alam kelanggengan (alam
Brahman), bertemu Tuhan dan tidak terkena hukum kelahiran kembali. Untuk
mencapai moksa, manusia harus mencapai moksartham (lepas dari keterikatan
dengan duniawi/harta benda), lepas dari pengaruh dualisme (bersikap
netral/nol). Apabila seseorang
walaupun dia masih berada dan hidup di dunia nyata ini sudah bisa mencapai
tingkat kesadaran tertinggi (jiwan mukti) seperti apa yang telah dialami oleh
Kresna, maka itulah yang disebut dengan Jagadhita (kedamaian di dunia) yang
sejati. Orang yang sudah mencapai Jagadhita yang sejati secara alamiah akan mencapai
tingkat kesempurnaan hidup yang sejati ya sejatinya sempurna dan mencapai
kelepasan (kebebasan) menuju alam Brahman.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; text-align: center; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
</div>
siwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6505566912326746369.post-3499778716837254882014-07-02T04:49:00.000-07:002014-07-02T04:49:45.771-07:00Pura Lempuyang Luhur<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pura ini terletak di Puncak Bukit Bibis atau Gunung
Lempuyang, tepatnya di desa Purahayu Kec Abang, Karangasem. Pura ini diduga
termasuk paling tua keberadaannya di Bali. Bahkan sudah ada pada zaman pra –
Hindu-Budha. Semula bangunan sucinya terbuat dari batu. Dewa yang diistanakan
disini, yakni Hyang Gni Jaya atau Dewa Iswara.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIozXZ7smijUsfMr1rgz90hbkKlY5CjGyZylSQHGlkyNNRGPVh4xU0ucRc5BuZveLhEVPTL4mJTcNV34HRnoCJwhcjG9cRtj1vEzwo4t08bc3w3TG4WUL33omVUqh5YuNJAHTTqjuC0blR/s1600/lempuyang+madya.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIozXZ7smijUsfMr1rgz90hbkKlY5CjGyZylSQHGlkyNNRGPVh4xU0ucRc5BuZveLhEVPTL4mJTcNV34HRnoCJwhcjG9cRtj1vEzwo4t08bc3w3TG4WUL33omVUqh5YuNJAHTTqjuC0blR/s1600/lempuyang+madya.jpg" height="299" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ada sebuah informasi yang kiranya cukup menarik. Berdasarkan
pemotretan dari angkasa luar, di ujung timur Pulau Bali muncul sinar yang amat
terang. Sinar itu paling terang dibandingkan bagian lainnya. Namun tak
diketahui pasti dari kawasan mana sinar itu, tetapi diduga dari Gunung
Lempuyang.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Lempuyang berasal dari kata ‘lampu’ yang artinya sinar dan
‘hyang’ untuk menyebut Tuhan. Dari kata itu lempuyang diartikan sinar suci
Tuhan yang terang benderang. Ada juga versi
lain yang menyebutkan lempuyang adalah sejenis tanaman yang dipakai
bumbu masak. Hal itu juga dikaitkan dengan nama banjar di sekitar Lempuyang
yaitu Bajar Bangle dan Gamongan. Bangle dan Gamongan merupakan tanaman sejenis
yang bias dipakai obat dan bumbu. Versi lain ada juga yang menyebut lempuyang
berasal dari kata ‘empu’ atau ‘emong’ yang diartikan menjaga. Bhatara Hyang
Pasupati mengutus tiga putranya turun untuk mengemong guna menjaga kestabilan
Bali dari berbagai guncangan bencana alam.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pura Lempuyang memiliki status penting, sama seperti Pura
Besakih. Baik dalam konsep padma bhuwana, catur loka pala ataupun dewata nawa
sanga. Dalam berbagai sumber lontar atau prasasti kuno, ada tiga Pura besar
yang sering disebut selain Besakih dan Ulun Danu Batur yakni Pura lempuyang.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sekitar tahun 1950 ditempat didirikannya Pura Lempuyang
Luhur kini, baru ada tumpukan batu dan sanggar agung yang dibuat dari pohon
hidup. Dibagian timur berdiri sebuah pohon sidhakarya besar yang kini sudah
tidak ada lagi. Diduga pohon itu tumbang atau mati pelan-pelan tanpa ada
generasi baru menggantikannya. Barulah pada tahun 1960 dibangun dua padma
kembar, dan sebuah padma tunggal bale piyasan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Mengutip sejumlah sumber kuno, Jero Mangku Gede Wangi, pemangku
di pura itu mengatakan, orang Bali apapun wangsanya tak boleh melupakan pura
ini. Sebab,jika tidak pernah atau lupa memuja Tuhan yang manifestasinya
berstana di pura ini, selama hidup bias
tak pernah menemukan kebahagiaan, seringkali cekcok dengan keluarga atau
dengan masyarakat dan bahkan pendek umur.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kewajiban masyarakat Bali untuk memuja Bhatara Hyang Gni
Jaya di Lempuyang Luhur disebutkan dalam bhisama Hyang Gni Jaya yang tertulis
dalam lontar Brahmanda Purana sebagai berikut ; </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><b>Wastu kita wong Bali, yan kita lali ring kahyangan, tan
bakti kita ngedasa temuang sapisan, ring kahyangan ira Hyang Agni Jaya,
moga-moga kita tan dadi jadma, wastu kita ping tiga kena saupa drawa</b></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Jero Mangku Gede Wangi mengatakan, untuk memulai belajar
ilmu pengetahuan, apalagi ilmu keagamaan hindu, sangat baik jika dimulai dengan
memohon restu di Pura Lempuyang Luhur. Jero Mangku juga menyampaikan, di Pura
lempuyang Luhur terdapat tirtha pingit di pohon bamboo yang tumbuh di areal
pura. Saat umat nunas tirtha, pemangku pura usai ngaturang panguning akan
memotong sebuah bamboo. Air suci dari bamboo itu di pundut untuk muput berbagai
upacara, kecuali manusa yadnya. Siapapun tak boleh berbuat buruk seperti campah
di pura, jika tak ingin kena mara bahaya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Langgar Pantangan bisa Sengkala</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ada sejumlah pantangan yang jika dilanggar bias berakibat
buruk. Saat naik ke lempuyang Luhur, sejak awal, pikiran, perkataan, dan
perbuatan harus disucikan. Tidak boleh berkata kasar saat perjalanan. Selain
itu orang cuntaka, wanita haid, menyusui, anak yang belum tanggal gigi susu
sebaiknya jangan dulu masuk pura atau sembahyang ke pura. Konon pernah ada rombongan orang
sembahyang dari Negara. Rupanya, sebelum ke lempuyang, mereka melayat orang
meninggal lebih dahulu. Mobil rombongan itu pun jatuh dan terperosok karena
tidak bias naik ditanjakan. Selain sejumlah larangan itu, umat yang hendak
nangkil dilarang memakai perhiasan emas, karena perhiasan itu bias hilang
misterius. Membawa atau makan daging babi saat ke lempuyang juga sebaiknya dihindari,
karena daging babi itu terbilang cemer. Pantangan ke Pura Lempuyang Luhur
hampir sama dengan nangkil ke Puru Luhur Batukaru.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Potongan Gunung Mahameru</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Menurut sumber, Lempuyang Luhur dan pura sad kahyangan
lainnya didirikan pada abad ke-11 masehi, saat mpu Kuturan mendampingi Raja
Udayana memerintah Bali bersama permaisurinya. Dalam <b>lontar Kutara Kanda Dewa
Purana Bangsul </b>dinyatakan; Sang Hyang Parameswara membawa gunung-gunung yang
ada di Bali dari Jambhudwipa ( India ), dari Gunung Mahameru. Potongan Gunung
Mahameru itu dibawa ke Bali dan dipecah menjadi tiga bagian besar dan juga
bagian-bagian kecil. Bagian tengahnya dijadikan Gunung Batur dan Rinjani,
sedangkan puncaknya menjadi Gunung Agung. Pecahannya yang lebih kecil menjadi
deretan gunung-gunung di Bali yang berhubungan satu sama lainnya. Gunung-gunung
tersebut adalah Gunung Tapsahi, Pengelengan, Siladnyana, Beratan, Batukaru,
Nagaloka, Pulaki, Puncak Sangkur, Bukit Rangda, Trate Bang, Padang Dawa,
Andhakasa, Uluwatu, Sraya, dan gunung lempuyang. Gunung-gunung itu sebagai
stana para Dewa manifestasi Tuhan untuk menjaga Bali.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJoPGxbFMFupLrqOLTe1hCTYxu67gMqR2GjTRC1m_GEilPk2oL8iL_pnjg3pULKJYGewrThKp-bJwfpz9fnEq3whUhCEa-smkQ2DSQcsVfLL5HbZsF8rPynBKfyrXCILVwW5XjS5o33Ouj/s1600/lempuyang+luhur.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJoPGxbFMFupLrqOLTe1hCTYxu67gMqR2GjTRC1m_GEilPk2oL8iL_pnjg3pULKJYGewrThKp-bJwfpz9fnEq3whUhCEa-smkQ2DSQcsVfLL5HbZsF8rPynBKfyrXCILVwW5XjS5o33Ouj/s1600/lempuyang+luhur.jpg" height="266" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dalam lontar itu juga disebutkan bahwa Sang Parameswara
menugaskanputranya Sang Hyang Agnijayasakti turunke Bali dan menjaga
kesejahteraan Bali dan beliau ber-stana di Gunung Lempuyang bersama dengan
dewa-dewa lainnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dalam <b>prasasti Sading C</b> tahun 1072 Saka, dinyatakan bahwa
Gunung Lempuyang juga bernama Gunung Adri Karang. Digunung Adri Karang inilah
Raja Jayasakti bersemadi, karena itulah gunung itu juga bernama Karangsemadi.
Raja Jayasakti diperintahkan oleh ayah beliau Sang Hyang Guru untuk turun ke
Bali membangun pura agar menjadi daerah yang aman dan sejahtera. Raja Jayasakti
mengajak para pandita dan pembantunya serta rakyat untuk mewujudkan perintah
Sang Hyang Guru membangun Bali diawali pembangunan pura di Gunung Lempuyang
sebagai stana pemujaan Tuhan sebagai Hyang Iswara. Sebelumnya Raja Jayasakti
melakukan semadi sebagai langkah awal membangun kehidupan aman dan sejahtera di
Bali.</div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
</div>
siwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6505566912326746369.post-66051120081887399562014-06-28T17:57:00.000-07:002014-06-28T18:14:35.870-07:00Pura Watu Klotok<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Salah satu Pura yang terkenal di Kabupaten Klungkung adalah
<b>pura Watu Klotok</b>. Terletak di banjar Celepik, Tojan Klungkung. Disamping
merupakan salah satu Pura kahyangan jagat, pura ini kerap dijadikan pusat
pasucian Ida Batara Pura Besakih. Akhir tahun 2005 lalu, pasca terjadinya bom
Bali II dan terjadinya bencana tsunami Aceh, dilakukan uacara dua kali untuk
permohonan keselamatan dan kesucian dunia yakni upacara Samudra Kerthi dan
Dirgayusa Bumi. Tak kalah pentingnya Pura Watu Klotok juga berfungsi sebagai
tempat memohon kesuburan sawah sehingga dapat memetik panen yang melimpah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVDWzJ-vTyiy1yJho7zkg-zcs7wjsYaYeaWa48JIQUuF6DkKNzpwwk2_6e3lUIjkHA3iD8rNsAefmGuUkOP2I7-4hHr2C-NqK9PfHCKk0raFvEjE65NMUKe91Wv9Jq7HxNDGpYd20SKkyY/s1600/download.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVDWzJ-vTyiy1yJho7zkg-zcs7wjsYaYeaWa48JIQUuF6DkKNzpwwk2_6e3lUIjkHA3iD8rNsAefmGuUkOP2I7-4hHr2C-NqK9PfHCKk0raFvEjE65NMUKe91Wv9Jq7HxNDGpYd20SKkyY/s1600/download.jpg" height="266" width="400" /></a></div>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Pura Watu Klotok tempatnya tidak jauh dari pura terkenal
lainnya, yaitu Pura Dasar Bhuwana Gelgel. Sehingga terjangkau keberadaanya bagi
umat yang nangkil dan bertirta yatra. Pura ini memiliki panorama pantai selatan
Klungkung yang mempesona. Umat yang nangkil dapat menyaksikan keindahan kawasan
kepulauan Nusa Penida. Setiap bulan purnama, pura ini dibanjiri umat untuk
tujuan sembahyang, banyak yang bermeditasi
disana sehingga memerlukan waktu yang lebih lama. Para petani banyak
yang memohon agar tanah pertaniannya subur dan terhindar dari serangan hama.
Krama subak secara rutin turun temurun melaksanakan upacara mohon pakuluh (
tirtha ) jika sawah mereka terserang hama penyakit, sekaligus memohon
keselamatan dan kesuburan. Upacara yang digelar itu disebut upacara Neduh lan
Pangusaban. Umat yakin dengan permohonan yang tulus, kesuburan tanah akan
terwujud.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Piodalan di Pura ini jatuh setiap enam bulan sekali, yakni
anggarakasih Julungwangi. Ada juga yang diselenggarakan setahun sekali yakni
upacara Ngusaba. Piodalan ini diselengggarakan oleh pengempon dari banjar
Celepik, Gelgel dengan pendanaan dari hasil pelaba pura seluas 125 are. Upacara
lain yang kerap dilakukan di pura ini adalah upacara mulang pakelem dalam
rangkaian upacara-upacara besar yang digelar di Pura Besakih seperti Eka Dasa
Rudra, Tri Bhuwana, Eka Bhuwana, candi Narmada, Panca Bali Krama dan lainnya.
Bahkan sering juga dilakukan upacara
nangkid, melukat, neduh dan lainnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Salah satu peninggalan yang dikeramatkan di Pura ini adalah
sebuah batu mekocok. Batu mekocok itu merupakan cikal bakal pendirian pura
dengan kekeramatannya yang kini melinggih di utama mandala. Bukan hanya itu,
ada juga unen-unen atau rencang Ida Betara berupa tikus putih, ular belang dan
penyu macolek pamor. Penyu macolek pamor itu diyakini muncul seratus tahun
sekali. Itu dibuktikan dengan terdamparnya seekor penyu raksasa beberapa tahun
silam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><b>Arca Penjaga Kesucian</b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sebagaimana pura lain di Bali, struktur Pura Watu Klotok
terdiri atas tiga bagian; Utama mandala, madya mandala dan nista mandala.
Bagian nista mandala,terdapat candi Bentar dan arca Dwapara Pala lengkap dengan
senjata gada. Dwapara berarti pintu, sedangkan pala berarti penjaga. Jadi
begitu memasuki wilayah pura diyakini sudah ada suatu kekuatan yang menjaga
kesucian pura. Seteh memasuki candi bentar menuju madya mandala, disebelah
selatan terdapat pelinggih Sang Kala Sunya. Pelinggih itu merupakan aspek sakti
dari Betara Baruna yang menguasai daerah kutub. Disebelah timur pelinggih Sang
Kala Sunya juga dibangun pelinggih penghayata Ratu Gede Penataran Ped yang tak
lain berupa pohon ketapang berukuran besar serta sebuah tugu seperti pelinggih
taksu atau ngerurah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 11pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Di utama mandala terdapat pelinggih Ida Betara
Watu Makocok. Sesuai namanya, pelinggih ini disebut batu makocel yang berarti
batu berbunyi yang diyakini memiliki sinar vibrasi spiritual tinggi. Juga
diyakini sebagai tempat memohon kekuatan alam agar dianugrahi keselamatan, kesuburan
dan kesejahteraan. Karena pelinggih itu pertama kali ada maka juga disebut
Pelinggih Ida Betara Lingsir. Dismaping pelinggih utama , ada meru tumpang
lima, Gedong alit Pule, Padmasana, Pengaruman, Limggih Sri Sedana dan beberapa
pelinggih lainnya. Di utama mandala terdapat 16 bangunan pelinggih termasuk candi , bale dan sumur. Di madya mandala
terdapat lima bangunan yaitu bpemedek, bale gong, bale kulkul, candi bentar dan
apit lawang kiwa tengen. Sementara pada nista mandala terdapat enam bangunan
yaitu pelinggih Sang Kala Sunya, Pelinggih Ida Betara Dalem Ped, bale pawedaan,
panggungan, candi bentar dan patung Dwara Pala. Disamping itu terdapat piranti
pelengkap lainnya seperti lumbung, bale petandingan, perantenan, bale sakepat,
Pelinggih Sri Sedana dan bale paebatan.</span></span></div>
</div>
siwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6505566912326746369.post-14248680132964660122014-06-28T06:03:00.002-07:002014-06-28T23:06:11.171-07:00PURA ULUN DANU BATUR<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Pura Ulun Danu Batur diyakini sebagai Dwi Lingga Giri Purusa - Predana. Di Pura ini tersapat meru tumpang sebelas yang merupakan tempat pemujaan Ida Batari Dewi Danuh. Dalam konsep siwaistis, gunung dipandang sebagai lingga acala dan danau sebagai yoninya. Itu mengandung makna bahwa gunung dan danau di Bali mesti dijaga kesuciannya.</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Mitologi terjadinya Gunug Batur dan Gunung Agung</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam lontar <b>Candi Supralingga Bhuwana</b> ditulis keadaan di Bali Dwipa dan Seleparang masih sunyi senyap, seolah masih mengambang ditengah samudra yang luas. Pada saat itu di Bali Dwipa baru berdiri empat gunung. Di bagian timur berdiri Gunung Lempuyang, di selatan Gunung Andakasa, di barat Gunung Batukaru, di utara Gunung Mangu. Kondisi di Bali Dwipa saat itu masih labil. Hyang Pasupati yang beristana di Gunung Semeru mengetahui kondisi itu. Beliau memerintahkan Sanghyang Benawang Nala, Sanghyang Anantaboga, Sanghyang Naga Basukih dan Sanghyang Naga Tatsaka memindahkan sebagian puncak Gunung Semeru ke Bali Dwipa. Sanghyang Benawang Nala menjadi dasar puncak gunung agar kondisi pulau Bali Dwipa menjadi stabil. Oleh karena itu, puncak Gunung Semeru yang ada di india harus dipecah dan pecahannya itu dipasang di Bali Dwipa. Selain itu Gunung Mahameru di India sangatlah tinggi hampir menyentuh langit. Kalau langit sampai tersentuh maka hancurlah alam ini.Yang dipecah dengan tangan kiri Hyang Pasupati dibawa oleh
Sanghyang Anantaboga, sementara pecahan gunung dengan tangan kanan dibawa oleh
Sanghyang Naga Basukih. Sedangkan Sanghyang Naga Tatsaka menjadi pengikat
puncak Gunung Semeru yang akan dipindahkan ke Bali Dwipa, sekaligus
menerbangkan dari jawa wetan menuju Bali.</div>
</div>
<div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbGKOFW8S9um06QwliKujMoOmSLQ9_F9ryo40V6sByrNT-UzF1GBJ0oLMlFEa9Kr9fQ33Lr2XtgBJOWhig-taWLPYBmQmpkPKFwcmvkZ2QmpHrtwFXfisSvFVedLYuKqXCaKlFR0RPLLKI/s1600/ulun+danu+batur.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbGKOFW8S9um06QwliKujMoOmSLQ9_F9ryo40V6sByrNT-UzF1GBJ0oLMlFEa9Kr9fQ33Lr2XtgBJOWhig-taWLPYBmQmpkPKFwcmvkZ2QmpHrtwFXfisSvFVedLYuKqXCaKlFR0RPLLKI/s1600/ulun+danu+batur.jpg" height="306" width="400" /></a>Setibanya di Bali Dwipa, bagian gunung semeru yang diambil
Hyang Pasupati dengan tangan kanan menjadi gunung Udaya atau gunung Purwata
atau Tohlangkir atau Gunung Agung. Sementara yang diambil dengan tangan kiri
menjadi gunung yang memiliki banyak nama. Nama gunung itu yakni gunung Cala
Lingga, Tampurhyang, Sinarata, Lekeh, Lebah, Ideran, Gunung Sari, Indrakila,
Gunung kembar, gunung Catur, yang kemudian nama paling dikenal adalah Gunung
Batur. Gunung Agung dan gunung Batur kemudian dikenal sebagai dwi Lingga Giri
serta parahyangan Purusa – Predana. Sedangkan yang dikenal dengan tri lingga
giri adalah Pura Lempuyang Luhur, Pura Besakih dan Pura Ulun Danu Batur.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hyang Pasupati juga mengutus putra beliau ke Bali Dwipa.
Hyang Gni Jaya berstana di Gunung Lempuyang ( Pura Lempuyang Luhur ), Hyang
Putra Jaya berstana di gunung Agung ( Pura Besakih ) dan Hyang Dewi Danuh
berstana di gunung Batur ( Pura Ulun Danu Batur ). Hyang Tumuwuh di gunung
Batukaru, Hyang Tugu berstana di Gunung Andakasa, Hyang Manik Gumawang di
gunung Beratan ( Puncak Mangu ). Semua putra Hyang Pasupati ini kemudian
menjadi amongan, sungsungan serta penyiwian ratu dan kaula di Bali Dwipa.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hyang Dewi Danuh dalam bahasa purana juga disebut sebagai
Dewi Sri, dewi Laksmi, Dewi Pratiwi dan dewi Basundari , yang merupakan abiseka
dasa nama sebagai dewi Kesuburan, Dewi Kesejahteraan, atau Dewi Keberuntungan
yang merupakan sakti Dewa Wisnu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dalam kosep filsafat siwaistis, Gunung Batur merupaka yasa
lingga acala dan segara Danu Batur mrupakan yasa yoni-nya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Menurut penglingsir Desa Adat Pekraman Batur, danau Batur
berfungsi sebagai taman Ida Betari Dewi Danuh. Lama-kelamaan muncul dua puncak
di pinggiran danau meliputi puncak kawanan ( barat ) dan kanginan ( timur ).
Ini pula yang menyebabkan di desa Pekraman Batur ada istilah Jero Gede Kanginan
dan Jero Gede Kawanan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Gunung Batur telah meletus berkali-kali. Dalam lontar Raja
Purana, Pura Ulun Danu Batur disebutkan tahun Saka 110 ( 188 masehi ), gunung
Batur meletus. Tahun saka 111 ( 189 masehi ) gunung batur kembali meletus. Saka
114 ( 192 masehi ) gunung Batur meletus lagi. Sejak tahun 1804, Gunung Batur
meletus sebanyak 30 kali dan yang paling dahsyat terjadi pada tgl 2 agustus dan
berakhir tgl 21 september 1926. Letusan Gunung Batur itu membuat aliran lahar
panas menimbun desa Batur dan Pura ulun Danu Batur.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Setiap Gunung Batur
meletus, karma desa Pekraman Batur mengadakan upacara pemendak Ida Betari Dewi
Danuh karena Gunung Batur sebagai lingga acala Ida Betari. Bahkan setiap ada
orang yang meninggal karena kecelakaan di kawasan gunung Batur, dilakukan
upacara balik sumpah untuk menyucikan kembali Gunung Batur. Itulah sebabnya,
setiap lima tahun sekali subak ataupun desa pekraman di Bali bergilir
mengadakan bhakti pekelem pembersihan Gunung dan danau Batur.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Terdapat sebelas Tirta</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pura Ulun Danu Batur selain memancarkan panorama indah, juga
menyimpan segudang misteri. Di pura ini diyakini terdapat sebelas tirtha atau
sumber mata air dan pancaka tirtha. Keberadaan sebelas sumber mata air itu pun
tersurat dalam Purana Batur. Sebelas tirtha itu meliputi Tirtha Gadang
mengaliri tukad jinah, Tirtha Danu Kuning megaliri tukad Campuhan Ubud, Tirtha
Bantang Anyud megaliri tukad Telaga Waja. Selebihnya terdapat tirtha Sah,
tirtha Selukat, dan tirtha Pelisan yang mengalir ke danau Beratan, tamblingan ,
danau Buyan serta mengairi persawahan yang ada di kabupaten buleleng.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Di samping itu, terdapat Tirtha Mangening untuk penglukatan,
tirtha Pura Jati, tirtha Rejeng Anyar, tirtha mas Bungkah ( untuk pengobatan
bersumber dari air panas gunung Batur ), tirtha Mas Mampeh ( menyebar di segala
penjuru untuk subak di Bali sebagai tirtha Sawinih ), tirtha itu juga disebut
Tirtha pengelanus dan tirtha Ngusaba Nini. Terakhir adalah tirtha Perapen.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pembersihan Segara Danu dan gunung Batur menurut sastra Siwa
Sesana wajib dilakukan setiap lima tahun sekali. Dari persembahan yadnya ini
diharapkan sumber mata air terjaga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
</div>
siwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6505566912326746369.post-89997445269630210442014-05-28T02:51:00.000-07:002014-06-28T06:09:05.769-07:00HAKIKAT MANUSIA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%;">MANUSIA DAN
MISTERINYA<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%;">oleh GELSANA</span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Banyak orang mengatakan, bahwa
kesempurnaan itu adalah milik Tuhan dan manusia penuh dengan kekurangan. Banyak
juga yang mengatakan, bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling
sempurna diantara makhluk ciptaan Tuhan lainnya.
Manusia dan binatang bedanya, karena manusia memiliki akal budi, sedangkan
binatang tidak. Bedanya dengan Dewa dan mahluk gaib lainnya, manusia memiliki
badan kasar sedangkan mereka tidak.
Waktu di tepi sungai gangga saya minta Dewa Surya untuk hadir, setelah
hadir saya bertanya kepada beliau, apakah saya salah mengajarkan teman-teman
saya untuk tidak menyembah kamu ? bagaimana
menurut kamu? Jawaban beliau : orang yang menyembah saya adalah mereka
orang yang tolol, karena menganggap saya adalah Tuhan atau manifestasinya
Tuhan, padahal saya ini adalah makhluk ciptaannya Tuhan yang hanya dibekali
sinar, yang lain saya tidak punya. Kamu manusialah lebih lengkap sempurna,
karena dibentuk dengan lima unsur yaitu : unsur air, api, tanah, udara dan ether,
yang disebut dengan Panca Maha Bhuta. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Artinya, saya tidak salah kalau
mengajarkan kepada teman-teman saya untuk tidak menyembah Dewa Surya, akan
tetapi langsung kepada Sang Hyang Widhi. Jangan melalui perantara seperti mau
ketemu seorang pejabat di dunia. Tuhan itu ada dimana-mana (wyapi wyapaka),
tidak seperti seorang presiden, ada dan tinggalnya cuma di Jakarta. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dari kelima unsur Panca Maha
Bhuta tersebut, menimbulkan lima sifat negatip yang berdiam di dalam diri
manusia sejak bayi yaitu : unsur air menimbulkan sifat nafsu untuk berbuat
baik(bijaksana), unsur api, menimbulkan nafsu marah, unsur tanah (badan kasar),
menimbulkan sifat/nafsu kama, unsur udara menimbulkan sifat loba (semua tempat
kosong dikuasai) dan unsur ether menimbulkan nafsu iri hati (matsarya). Udara
dan ether, keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Di dalam udara ada
ether, sehingga bisa dikatakan dua unsur yang kembar.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dari kelima unsur tersebut,
diringkas lagi menjadi Tri Guna, artinya: Tri adalah tiga dan Guna adalah sifat.
Sifat Satwam (nafsu berbuat baik), sifat Rajas (marah dan kama), sifat Tamas
(loba dan iri hati).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bagavadgita mengajarkan kepada
kita agar kita membebaskan diri dari pengaruh Tri Guna. Mari kita simak Bab II
sloka (45) yang mengatakan : </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
traigunya vishaya veda
nistraigunyo bhava ‘rjuna, nirdvandvo nitya sattvastho niryogakshema atmavan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Weda mengajarkan tentang triguna,
bebaskan dirimu dari padanya, wahai Arjuna, juga dari <b>dualisme, </b> pusatkan pikiranmu
kepada kesucian, lepaskan dirimu dari duniawi, bersatu dengan Atman.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Apa yang dimaksudkan dengan
dualisme dala sloka di atas ? Untuk itu mari kita simak lagi BG. VII.27. yang mengatakan : </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
ichchhadvesha samutthena
dvandvamohena bharata, sarvabhutani sammoham sarge yanti paramtapa.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Semua makhluk sejak lahir, oh
Barata, telah disesatkan oleh <b>dualisma pertentangan </b>yang lahir dari hawanafsu,
ketamakan dan amarah, dengki, wahai Parantapa.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dalam sloka di atas, unsur
dualisme hanya empat yaitu, amarah, hawanafsu (kama), ketamakan (loba) dan
dengki (matsarya), artinya sloka ini perlu disempurnakan dengan menambahkan
nafsu berbuat baik, sehingga lengkap menjadi lima yaitu unsur
pancamahabhuta. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Gambar di atas disebut Nawa Sanga
dan berkaitan dengan Macro Cosmos (Jagat Agung).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Masing-masing Dewa mempunyai wajah
sendiri-sendiri sama seperti manusia, hanya saja mereka memakai badan halus.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bagaimana keberadaan Nawa Sanga
pada Micro Cosmos (jagat kecil) yaitu diri manusia ?</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada diri manausia, kesembilan
wajahnya sama dan namanya juga sama. Lima berada di dalam diri dan empat berada
di luar diri manusia. Lima yang di dalam diri manusia mempunyai sifat yang
cendrung negatip yang muncul berupa nafsu (nafsu berbuat baik, marah, birahi,
loba, dengki). Sedangkan empat yang berada di luar diri manusia, tugasnya
menjaga dan juga menggoda manusia.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sejak dalam kandungan si jabang
bayi dijaga oleh saudara empat-nya. Setelah kita lahirpun tetap dijaga oleh
saudara empat-nya, sepanjang kita selalu ingat kepada mereka. Kalau kita tidak
lagi ingat kepada mereka, maka mereka jugalah yang akan mencelakakan kita.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Keberadaan kelima nafsu yang ada
di dalam diri, dalam kehidupan sekarang sangat dipengaruhi oleh pengalaman
hidup kita dimasa sebelumnya. Sifat (nafsu) yang mana pada waktu menjalani
kehidupan di masa lalu yang belum bisa kita kendalikan (matikan), maka pada
kehidupan sekarang, nafsu itulah yang sangat mendominasi perilaku kita. Ada orang
yang lebih cendrung mengejar harta dari pada wanita, ada juga sebaliknya. Ada
orang yang mengejar dua-duanya. Pada dasarnya, karakteristik kehidupan manusia
dimasa sekarang, adalah merupakan kelanjutan dari karakteristik kehidupannya
dimasa lampau.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Namun demikian, bagi orang-orang
tertentu bisa menjadi lain. Seperti Adipati Karna, karena ketika hidupnya
dimasa lampau tidak sempat menikmati salah satu keindahan dunia yaitu wanita,
maka ketika dia dilahirkan lagi sebagai manusia, dia memperoleh ijin untuk
menikmati keindahan wanita sampai dia merasa cukup untuk itu. Juga Bisma,
karena pada waktu hidupnya dulu dia tidak menikah, dan setelah meninggal dia
baru sadar, bahwa apa yang dia lakukan keliru, maka ketika dia dilahirkan
kembali sebagai manusia, dia menikah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Penting untuk dihayati, bahwa
keberadaan manusia dalam menjalani kehidupannya adalah sangat terkait dengan
saudaranya yang berjumlah sembilan tersebut. Dengan menjalankan tapa, brata,
yoga, semadhi, secara tekun dan teguh, diharapkan kelima saudara kita yang di
dalam menjadi tekendali sehingga empat saudara kita yang diluar bisa masuk
kedalam diri dan menjadi satu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Tugas kita adalah menyatukan kesembilan saudara
kita, setelah menjadi satu, barulah bisa menyatu dengan sang Gusti. Dalam
tahapan ini, seseorang sudah mencapai Moksartham Jagadhita. </span></div>
</div>
siwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6505566912326746369.post-35097265792253224512012-05-10T20:38:00.000-07:002014-06-04T16:17:48.691-07:00MOKSA MENURUT BAGAWAD GITA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Ketika manusia diciptakan ke dunia, Brahman menciptakan dirinya ke dalam dua wujud, satu sebagai jiwa pribadi (kaula) tempatnya di kepala, yang selama ini kita kenal sebagai pikiran. Dan satu lagi sebagai Roh (gusti) tempatnya di jantung, yang selama ini kita kenal sebagai hati nurani. jiwa pribadi ini diliputi oleh PancaMahaButha sebagai unsur pembentukan badan kasar sehingga menimbulkan lima nafsu (panca indria). jiwa pribadi ini adalah sebagai pelaku skenario kehidupan dan terikat dengan hukum karma. Sedangkan Roh adalah brahman dalam diri yang bertugas sebagai saksi. Roh bersifat netral dan tidak terpengaruh oleh hukum karma. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif;"><i><br /></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">BG VI.6</span></b><br />
<span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;"><b>BANDHUR ATMA 'TMANAS TASYA</b></span><br />
<span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;"><b>YENA 'TMAI 'VA 'TMANA JITAH</b></span><br />
<span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;"><b>ANATMANAS TU SATRUTVE</b></span><br />
<span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;"><b>VARTETA 'TMAI 'VA SATRUVAT</b></span><br />
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;"><br /></span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b -webkit-auto="-webkit-auto" arial="arial" font-family:="font-family:" geneva="geneva" grande="grande" helvetica="helvetica" lucida="lucida" sans-serif="sans-serif" text-align:="text-align:" verdana="verdana">
</b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Djiwa menjadi teman djiwa orang yang bisa menguasai jiwanya dengan Djiwa</span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b -webkit-auto="-webkit-auto" arial="arial" font-family:="font-family:" geneva="geneva" grande="grande" helvetica="helvetica" lucida="lucida" sans-serif="sans-serif" text-align:="text-align:" verdana="verdana">
</b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Tetapi bagi yang djiwanya tidak ditaklukan </span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Djiwa, seperti musuh menjadi lawan</span></b></i><br />
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;"><br /></span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Dalam BG VI.6 menegaskan tentang keberadaan jiwa (kaula) dan Jiwa (gusti). Tugas jiwa pribadi adalah membebaskan dirinya dari pengaruh Pancamahabutha sehingga kelima nafsu dalam dirinya dapat dikendalikan. Ketika jiwa telah mampu terbebas dari kelima nafsu maka pada saat itulah jiwa (kaula) menyerah pada kehendak Jiwa (gusti) sehingga jiwa (kaula) menjadi teman bagi Jiwa (gusti) dalam dirinya. Namun apabila sang jiwa pribadi masih terpengaruh oleh kelima nafsu dalam dirinya maka akan bersifat kontradiktif dengan Jiwa (gusti) sehingga menimbulkan pertentangan terus menerus, bagaikan musuh.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif;"><i><br /></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">BG VIII.14</span></b><br />
<b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">ANANYACHETAH SATATAM</span></b><br />
<b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">YO MAM A SMARATI NITYASAH</span></b><br />
<b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">TASYA 'HAM SULABHAH PARTHA</span></b><br />
<b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">NITYAYUKTASYA YOGINAH</span></b><br />
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;"><br /></span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span></b></i>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Dia yang terus menerus mengenangkan Aku</span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span></b></i>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Tidak memikirkan apa dan siapa lagi</span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Selalu menguasai dirinya sebagai yogi</span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span></b></i>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Oh Parta, dengan mudah sampai pada-Ku</span></b></i><br />
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;"><br /></span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Manusia yang sudah dapat membebaskan jiwa pribadinya dari kelima nafsu disebut sebagai seorang YOGI. Dimana segala kerja yang dia lakukan semata2 untuk mengikuti perintah Jiwa (gusti) dalam dirinya. Dia berbuat tanpa kepentingan dirinya, tidak memikirkan apa dan siapa lagi. Selalu dapat menguasai dirinya dalam segala situasi dan senantiasa bersifat netral. (BG VIII.14)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif;"><i><br /></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">BG VIII.15</span></b><br />
<b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">MAM UPETYA PUNARJANMA</span></b><br />
<b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">DUHKHALA YAM ASASVATAM</span></b><br />
<b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">NA 'PNUVANTI MAHATMANAH</span></b><br />
<b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">SAMSIDDHIM PARAMAM GATAH</span></b><br />
<b><i><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;"><br /></span></i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span></i></b>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Setelah sampai kepadaKu mereka</span></i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span></i></b>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Yang berjiwa besar ini tidak lagi menjelma</span></i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span></i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Ketempat penuh duka didunia tak kekal ini</span></i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span></i></b>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Dan mereka tiba pada kesempurnaan tertinggi</span></i></b><br />
<b><i><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;"><br /></span></i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span></i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Ketika seorang Yogi terus menerus berjalan dijalan brahman dan mengikuti segala perintah Jiwa (gusti) maka apabila dia telah sampai dan diijinkan untuk tinggal bersama Brahman Yang Agung maka jiwa ini tidak terkena hukum reinkarnasi. Manusia seperti inilah yang disebut telah mencapai kesempurnaan tertinggi. (BG. VIII.15)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif;"><i><br /></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">BG XIII.8</span></b></i><br />
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;"><br /></span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span></b></i>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Tak hirau akan keduniawian</span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span></b></i>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Menjauhkan keakuan dan bayangan</span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span></b></i>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Akan keburukan kelahiran dan kematian</span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span></b></i>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Usia tua sakit dan kesengsaraan</span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span></b></i>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif;"><i><br /></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">BG XIII.9</span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span></b></i>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Tanpa ketergantungan, bebas dari ikatan anak istri</span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span></b></i>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Rumah tangga dan sebagainya, selalu netral menghadapi peristiwa yang diinginkan atau tidak diinginkan</span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span></b></i>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Untuk mencapai kesempurnaan tertinggi tersebut maka seorang Yogi harus dapat menghilangkan segala keterikatan dengan keduaniwian. Melepaskan keterikatan dengan harta benda, keluarga, anak istri. Dalam melaksanakan perintah Gusti harus memasrahkan segala sesuatu pada kehendak Gusti, menghilangkan keraguan dan kecemasan akan sakit dan kesengsaraan. Dalam hal ini seorang Yogi dituntut kepasrahan total dalam berjalan atau disebut dengan Iswara Prani Dhana. (BG XIII.8,9)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif;"><i><br /></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">BG XIII.23</span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span></b></i>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Jadi dia yang mengetahui purusha</span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span></b></i>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Prakerti bersama-sama segala sifatnya</span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span></b></i>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Walaupun bagaimana cara hidupnya </span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span></b></i>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Ia tiada lagi menjelma</span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span></b></i>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">Diantara sekian Yogi yang berjalan menuju Brahman, maka Yogi yang inti jiwa nya bersatu dengan Ku dialah yang mencapai kesempurnaan tertinggi. Ketika seorang yogi telah dapat menyatukan kaula (prakerti) dengan Gusti (purusha) sehingga kedua duanya bersifat sama dan sejajar, maka kuasa penuh telah diserahkan oleh Gusti kepada kaula sehingga kaula tidak lagi terkena hukum karma dan tidak terkena reinkarnasi. Apapun yang dilakukannya dalam hidupnya tidak lagi terikat oleh dosa dan pahala. Kondisi ini disebut dengan manunggaling kaula dan Gusti. (BG XIII.23)</span></div>
<span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; text-align: -webkit-auto;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; text-align: -webkit-auto;"><br /></span></div>
</div>
siwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6505566912326746369.post-35285515573426132462011-10-26T02:13:00.000-07:002011-10-27T20:50:09.595-07:00Terciptanya Alam Semesta<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<b>LONTAR SIWAGAMA</b><br />
Awal dari uraian ini adalah <b><i>sunya</i></b>, yaitu sepi. Siapakah yang disebut <b><i>Widhi</i></b> ? Tiada lain adalah <b><i>Sang Hyang Adisuksma</i></b>. Apakah sebabnya Beliau disebut <b><i>Sang Hyang Widhi </i></b>? Sebab beliau merupakan asal dan tujuan seluruh alam semesta. Karena itulah bliau patut disebut <b><i>Widhi</i></b>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i>Adi</i></b> artinya utama, <b><i>suksma</i></b> artinya tak nyata, tak nyata maksudnya tanpa rupa. Dalam keseharian, <b><i>adi </i></b>maksudnya segala hal yang mulia untuk menuntun orang banyak. Itulah sebabnya disebut <b><i>Sang Hyang Titah</i></b>, segala sabda gaib dipandang utama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Entah bagaimana perihalnya, <b><i>Sang Hyang Adisuksma</i></b> ingin menciptakan dunia. Dewa muncul dari batin beliau, pada yoga beliau yang pertama yang dinamakan <i><b>ekaksana</b></i>. Lahirlah <b><i>windhu</i></b> yang mengandung cahaya gemerlapan, tanpa rupa tanpa warna. Itulah sebabnya beliau disebut <b><i>Sanghyang Meleng</i></b> oleh para pujangga, disebut <b><i>Sanghyang Macongol </i></b>oleh para yogi agung, dan dinamakan <b><i>wewelan</i></b> oleh orang awam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Yoga kedua Sang Hyang Adisuksma dinamakan <b><i>rwangksana,</i></b> munculah <b><i>atmatatwa</i></b> dan <b>mayatatwa,</b> yang disebut <b><i>purusa-pradana</i></b> oleh pujangga, atau dinamakan <b><i>atmatatwatma</i></b> oleh para yogi agung, atau disebut <b><i>rama-rena</i></b> oleh orang kebanyakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Pada yoga ketiga Sang Hyang Adisuksma yang disebut <b><i>tigaksana</i></b>, munculah sanghyang <b><i>tripremana</i></b>, bayu ( nafas ) sabda ( suara ) idep ( pikiran ), <b><i>tri purusa</i></b>, <b><i>tryantah karana</i></b>, <b><i>trigunatatwa</i></b>, terutama Sanghyang <b><i>Triwindhu</i></b>, yang dinamakan sakala-niskala-sunyata ( nyata-taknyata-kosong ), yang muncul dari bayangan <b><i>Sanghyang Dapurtiga</i></b>. Demikian pula matahari, bulan, bintang, dan galaksi pada menyusup ke dalam pradanatatwa. Pikiran pun sadar bagaikan bayi berada dalam kandungan. Hal itu yang disebut <b><i>kendeng</i></b> oleh para pujangga, atau dinamakan <b><i>Mahawindhu </i></b>oleh para yogi agung atau juga disebut <b><i>sandyawela</i></b> oleh orang awam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Pada yoga keempat Sang Hyang Adisuksma, yang disebut <b><i>patangksana</i></b>, munculah sanghyang <b><i>Catursuksma </i></b>dan <b><i>Caturbhuta</i></b>, utara selatan timur barat, yang disebut <b><i>Graha</i></b> oleh para pujangga, atau dinamakan <b><i>Taranggana</i></b> oleh para yogi agung, atau disebut <b><i>Samar</i></b> oleh orang awam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Pada yoga yang kelima disebut <b><i>limangksana</i></b>, munculah <b><i>Panca Tan Matra, Panca Mahabhuta, </i></b>dan <b><i>Panca Wibhuta</i></b>, gelap bagaikan ditutupi wajan besar. Hal itu dinamakan <b><i>Andakara</i></b> oleh para pujangga, atau disebut <b><i>Yoganira</i></b> oleh para yogi agung , dan dinamakan <b><i>Panupenan</i></b> oleh orang awam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Pada yoga yang keenam dinamakan <b><i>nemksana</i></b>, dengan disumbatnya Sanghyang Dapurtiga, maka munculah bumi dan lautan, menjulur, berombak-ombak, merentang seperti pelangi. Hal itu dinamakan <b><i>Ganagana</i></b> oleh para pujangga, tak terhingga besarnya dan juga lebarnya, rupanya bagaikan bayangan telor. Karena itulah disebut <b>Andabhuwana</b> ( telor dunia ) atau disebut <b><i>yoga </i>stiti caksusan</b> oleh para yogi agung, atau dinamakan <i><b>kabyudayan</b> </i>oleh orang awam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Pada yoga ketujuh disebut <b><i>pitungksana</i></b>, adalah pada saat pertemuan panca tan matra dengan panca mahabhuta menjadi <b><i>pancendriya</i></b> dan <i>pancakarmendriya</i>. Lahirlah manusia, diikuti hewan, ternak piaraan, burung, ikan, binatang liar, serta tumbuh-tumbuhan, tumbuhan melata, semak belukar, rotan, rumput-rumputan, bunga , parasit, segala mahluk yang berperasaan, bertingkah laku, bersuara, dan mahluk jahat. Masing-masing rupanya berbeda-beda, dan dinamakan <b><i>bhuwana alit</i></b> oleh para pujangga, atau disebut <b><i>sariraguhya</i></b> oleh para yogi agung, dan dinamakan <b>paramanuh</b> oleh orang awam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Letak bumi yang diciptakan oleh Sang Hyang Widhi adalah seratus ribu yojana letak bumi kebawah, dan seratus ribu yojana luas ruang angkasa keatas, dua ratus ribu yojana luas alam semesta ingga ketepi. Krtahuilah yang dinamakan widhi yojana, sebanding dengan sepuluh ribu depa sebagaimana dikatakan para pujangga, dilahirkan dari sapta windhu oleh Sanghyang Widhi. Adapun wilayah bumi itu dikelilingi oleh empat samudra, sebagai tempat bersemayam Sanghyang Mahagiri, dilengkapi tujuh sungai sehingga dunia menjadi stabil.<br />
<br />
<b>VISNU PURANA</b><br />
Pada awal mulanya alam semesta dipenuhi air. Kemudian dari dalam air munculah sebuah telor ( <b>anda</b> ) yang berbentuk bulat seperti gelembung air. Telor itu kemudian membesar dan membesar, dan didalam telor itu berstanalah <b>Visnu.</b> Telor yang besar itu disbut <b><i>Brahmanda</i></b>. Di dalam brahmanda inilah terdapat pegunungan dan tanah, samudra dan lautan, para dewa, manusia, hantu, bintang, bulan dan sebagainya. Dalam setiap sisi telornya itu dikelilingi oleh berbagai elemen seperti api, air, angin, udara dan angkasa. Dan didalam telor itu Visnu mengambil wujud baru yaitu Brahma untuk menciptakan alam semesta dan terus menerus melakukan proses penciptaan. Ketika sudah waktunya alam semesta dihancurkan, maka beliau mengambil wujud <b><i>Siva</i></b> untuk melakukan proses penghancuran.<br />
<br />
Brahma adalah wujud lain dari Narayana. Dan Narayana tidak lain adalah Visnu. Nara berarti air, dan ayana berati tempat istirahat. Jika ciptaan terdahulu telah dihancurkan maka Narayana kembali beristirahat diatas air yang memenuhi alam semesta. Kemudia beliau melihat disekelilingnya dipenuhi air sehingga memutuskan untuk menciptakan dunia kembali.<br />
<br />
Dijelaskan ada empat yuga dalam satu siklus Brahma. Jaman-jaman itu adalah Krta / Satya yuga empat ribu tahun, Treta yuga selama tiga ribu tahun, Dwapara yuga selama dua ribu tahun, dan Kali yuga selama seribu tahun<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
</div>siwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6505566912326746369.post-40501662114251497622011-10-07T16:56:00.000-07:002011-10-16T01:26:57.967-07:00Japa Yadnya<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: arial, sans-serif; font-size: 17px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Untuk umat Hindu di Bali, kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari berbagai upacara yadnya. Sebagai bentuk persemabahan kepada Hyang Widhi. Umat Hndu sibuk dengan upacara yadnya atau upakara yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sebagai pengaruh sekte Siwa Sidhanta dimana Siwa adalah dewa yang paling utama, kehidupan masyarakat Bali tak terpisahkan dari kehidupan niskala. Siwa sebagai manifestasi dari dewa Trimurti adalah dewa yang memimpin Bhuta Kala, semua hantu, dan hidupnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bhuta kala. Tapi Shiva sendiri hidup sangat suci, meskipun pemimpin dari semua bhuta kala. Itulah sebabnya Siwa dianggap sebagai pemimpin dan mempunyai peran paling penting dalam hidup. Sehingga dalam kehidupan Hindu Bali diwujudkan dengan berbagai Yadnya kepada Bhuta Kala. Selain itu, berbagai yadnya lainnya juga dilaksanakan yaitu Dewa Yadnya, Manusia Yadnya, Rsi Yadnya dan pitra yadnya.</span></div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<div style="text-align: justify;">
<span class="transc dct-rlnk" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; cursor: pointer; font-family: Verdana, sans-serif; font-style: inherit; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span"><span class="transc dct-rlnk" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; cursor: pointer; font-family: Verdana, sans-serif; font-style: inherit; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">Yadnya begitu banyak dilakukan dari hidup masih dalam kandungan sampai kematian dan berakhir dengan upacara ngaben, yang menunjukkan berbagai cara untuk menyembah Hyang Widhi. Di sisi lain, lebih banyak melakukan yadnya tentunya akan menguras kantong secara material, dan mungkin banyak orang Bali kehilangan semua warisan hanya untuk mlakukan yadnya sesuai adat dan tradisi. Tidak diragukan lagi banyak orang Bali menjual tanah leluhur mereka hanya untuk melakukan upacara ngaben. Meskipun warisan nenek moyang, dan juga upacara ngaben untuk leluhur, kita harus berpikir kedepan. Anak-anak adalah masa depan, dimana anak cucu kita yang akan mewarisinya. Sehingga kita tidak terjebak dalam situasi yang sulit, antara kebingungan melaksanakan ajaran agama, tradisi, dan adat istiadat, mari kita berpikir logis dan memeriksa lebih lanjut ajaran-ajaran utama dari Hindu yang berdasarkan Weda.</span></span></div>
</div>
</div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span"><span class="transc dct-rlnk" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #0000cc; cursor: pointer; font-family: Verdana, sans-serif; font-style: inherit; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;"><br /></span></span></div>
</div>
</div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span"><span class="transc dct-rlnk" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; cursor: pointer; font-family: Verdana, sans-serif; font-style: inherit; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">Kehidupan beragama di Bali sangat dipengaruhi oleh beberapa lontar seperti Siwagama, Bhuwana Kosa, Wrespati Tatwa, Sangkulputih, dan beberapa lontar yang mengatur yadnya. Dari mana asalnya? dari mana sumbernya? tentu saja itu semua berasal dari kitab suci Veda. Rsi-rsi Besar Hindu menyebar ke Indonesia dari India, mereka membawa ajarannya dan menyesuaikan dengan kondisi di Indonesia, tetapi mereka pasti tidak akan menghapus ajaran-ajaran intinya. Jadi mari kita berpikir apa sebenarnya intisari dari agama Hindu. Mudah-mudahan kita sebagai masyarakat Bali lebih sadar, kita kembalikan ke pribadi masing-masing. Mari kita belajar bersama-sama mencoba untuk menemukan bahwa ada garis lurus di Hindu. Sebenarnya Hindu sangat fleksibel, sangat sederhana, tetapi menyimpan kemegahan yang luar biasa. Apakah dengan melakukan Yadnya, kita benar-benar akan mencapai tujuan akhir. Mari kita mencoba untuk mengungkap sloka dalam Bhagavad Gita (Nyanyian Bhagawan / Tuhan).</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span"><span class="transc dct-rlnk" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; cursor: pointer; font-family: Verdana, sans-serif; font-style: inherit; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><br /></span></span></div>
</div>
</div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<div style="text-align: justify;">
<span class="transc dct-rlnk" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; cursor: pointer; font-family: Verdana, sans-serif; font-style: inherit; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><b style="background-color: none;">Bhagavad Gita Sloka 10.12</b></span></div>
</div>
</div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<span class="transc dct-rlnk" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; cursor: pointer; font-family: Verdana, sans-serif; font-style: inherit; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><b style="background-color: none;">maharsinam bhrgur aham giram asmy Ekam aksaramyajnanam Japa-yajnyo 'smi sthavaranam himalaya</b></span></div>
</div>
</div>
</div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<span class="Apple-style-span"><span class="transc dct-rlnk" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; cursor: pointer; font-family: Verdana, sans-serif; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="background-color: none;">Diantara orang-orang bijak yang mulia, Aku Bhrgu; diantara getaran suara Aku adalah OM yang rohani. Di antara korban suci Aku adalah pengucapan Nama (japa), dan antara benda-benda yang tidak bergerak Aku adalah pegunungan Himalaya.</i></span></span></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span"><span class="transc dct-rlnk" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #0000cc; cursor: pointer; font-family: Verdana, sans-serif; font-style: inherit; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;"><br /></span></span></div>
</div>
</div>
</div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span"><span class="transc dct-rlnk" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; cursor: pointer; font-family: Verdana, sans-serif; font-style: inherit; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">Sloka di atas jelas menyebutkan bahwa hal yang utama dalam korban suci adalah japa yadnya yaitu mengucapkan nama-nama Tuhan secara berulang-ulang. Bayangkan saja apakah Japa-yadnya memakai berbagai sarana? uang misalnya? tidak sama sekali, Japa-yadnya akan berfokus pada upaya untuk menghubungkan diri dengan Tuhan. Upaya untuk lebih dekat dengan roh yang ada dalam diri kita untuk menyadari keberadaan Tuhan yang ada dalam setiap makhluk hidup. Apa yang dibutuhkan dalam japa yadnya, setiap individu berusaha keras untuk menemukan Roh Utama dalam dirinya. Melatih diri dalam yoga dan mengucapkan japa mantra dengan keyakinan adalah bentuk yadnya yang paling mulia kepada Tuhan. Jika kita begitu dekat dengan Tuhan paramatman, kita akan bertanya kepada diri sendiri apakah kita harus melakukan berbagai Yadnya lain yang menghabiskan banyak uang? dan apakah Yadnya itu semua benar-benar tepat sasaran sesuai dengan keinginan kita?</span></span><br />
<span class="Apple-style-span"><span class="transc dct-rlnk" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; cursor: pointer; font-family: Verdana, sans-serif; font-style: inherit; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><b>Manfaat Berjapa</b></span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Japa adalah pengucapan suatu mantra secara berulang-ulang dengan penuh perasaan ( bhawa ). Japa melepaskan ketidakmurnian pikiran, menghancurkan dosa-dosa dan membuat para bakta berhadapan langsung dengan Hyang Widhi. Mantra memiliki suatu kekuatan dari dewa yang menguasai mantra tersebut. Pengucapan suatu mantra akan mewujudkan atau menghadirkan dewa atau sakti dari suatu mantra. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dengan melakukan japa secara rutin sebagai wujud bakti kita kepada Hyang Widhi akan menyinari pikiran dan hati kita, membersihkan setiap kerak kekotoran atau dosa, yang kita lakukan dimasa lalu, masa sekarang maupun masa yang akan datang. Secara perlahan, keyakinan kita akan kemahakuasaan Hyang Widhi akan terwujud, kita akan ditunutun dalam perbuatan kebajikan dan pasti akan selalu memikirkan keagungan Hyang Widhi. Dengan semakin berkembangnya sifat-sifat satwik dalam diri kita, maka Hyang Widhi akan semakin nyata kita hadirkan dalam hati. Kita akan mampu memahamiNya. </span></div>
</div>
</div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<div style="text-align: justify;">
</div>
</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 17px;"><br /></span></span></div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
</div>
</div>
</div>siwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6505566912326746369.post-86980141845081779302011-10-01T17:14:00.000-07:002011-10-16T01:27:52.514-07:00Pengalaman Meditasi Gayatri<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Pada awalnya saya begitu asing dengan kata <b><a href="http://www.siwagama.blogspot.com/2011/09/meditasi-gayatri.html">meditasi,</a></b> terkadang pikiran saya menganggap meditasi itu hanyalah untuk seorang pemangku dan sejenisnya. Setiap mendengar kata meditasi, pikiran saya selalu menganggap mereka yang terlalu fanatik terhadap dirinya dan ajarannya. Dan mereka yang kelihatan selalu sok moralis dan punya ilmu kesaktian. Bagaimana tidak, balian dan sejenisnya selalu menganggap sesuatu itu magis, terkadang banyak yang saling mengadu kesaktian dan kekuatan. Jadi pikiran saya meditasi itu dilakukan bagi golongan orang-orang seperti itu. Setelah saya mengenal meditasi, itu pun karena kejadian buruk yang menimpa saya, akhirnya mata saya terbuka dan sangat memahami apa sesungguhnya meditasi itu. Bagi mereka yang apriori terhadap meditasi, mudah-mudahan cerita saya akan menggugah anda semua untuk lebih memahaminya dan apa sebenarnya makna yang kita lakukan di saat meditasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita saya berawal di awal tahun 2009, saat itu saya harus menerima kepergian ibu saya. Akibat kanker getah bening, akhirnya ibu saya harus pergi selamanya. Saya begitu sedih dan syok menerima kejadian ini. Saya sudah berusaha membawanya ke dokter spesialis terkenal di Bali, namun akhirnya saya harus menerima kenyataan pahit . Setelah beberapa lama akhirnya saya sudah tabah menerima kepergian ibu, namun hal pahit lagi saya alami. Saya tidak menyangka kejadian buruk begitu cepat saya alami. Saya kehilangan motor di tempat kost. Saya begitu syok dan sedih, dan mungkin benci akan kejadian ini. Saya begitu marah pada orang-orang tidak bertanggung jawab itu. Bagaimana mungkin saya menerima hal ini, saya susah payah kredit motor namun akhirnya diambil orang-orang tidak bertanggung jawab.<br />
<br />
Setelah beberapa waktu, ada niat untuk menanyakan kepada orang pintar, siapa yang mencuri motor saya. Dan tidak hanya satu balian yang saya datangi, ada tiga balian, namun dari ketiganya semuanya beda pendapat. Kemudian atas info teman saya nunas raos ke daerah sibang, badung. Disana saya dikatakan salah pati, salah kawitan. Hal inilah yang menjadi awal saya mengenal dunia spiritual. Saya begitu marah akan nasib yang saya alami, saya menyalahkan keluarga terutama bapak saya tentang kawitan. Atas saran kakak saya, akhirnya saya mencoba beerdoa dan mendekatkan diri saya pada Hyang Widhi. Disinilah awal saya melakukan meditasi, belajar berjapa, dan rajin membaca buku buku agama. Entah mengapa diri saya sangat tertarik pada ajaran agama, dan sudah banyak buku yang saya baca, terus dan terus haus akan siraman rohani. Saya rajin melakukan japa Gayatri Mantram, awalnya saya lakukan dengan pengucapan dan saya tidak menghitung berapa kali saya ucapkan dalam sekali meditasi. Meditasi saya lakukan di malam hari sebelum tidur, mungkin sekitar 30 sampai 60 menit. Sampai suatu hari saat meditasi saya begitu tersentak akan apa yang saya alami.<br />
<br />
Saat berjapa, dalam benak saya seperti ada kilatan cahaya, dan jantung saya terasa pecah, saya sangat kaget dan terdiam sejenak. Saya tidak tahu meski apa yang dilakukan selanjutnya. Kemudian karena merasa takut untuk melanjutkan berjapa, saya mengakhiri meditasi dengan perasaan takut dan tanda tanya.</div>
</div>siwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6505566912326746369.post-65409516173034749472011-09-29T19:21:00.000-07:002011-10-16T01:28:40.307-07:00Kanda Pat Dewa<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Ajaran ini berkembang khususnya di Bali. Dalam perkembangan Hindu di Bali, aliran Siwa Sidhanta adalah terbesar pengikutnya di awal perkembangan Hindu di Bali. Siwa Sidhanta mengajarkan bahwa Hyang Siwa adalah tujuan tertinggi, beliaulah dianggap sebagai Hyang Widhi dalam tiga perwujudan yaitu Siwa, Sada Siwa dan Parama Siwa. Dalam Tri Murti, beliau adalah Brahma, Wisnu dan Iswara. Dalam Dewa Nawa Sangga, Siwa ditempatkan di tengah-tengah dalam wujudnya sebagai Batara Hyang Guru, beliau kemudian bermanifestasi ke segala arah mata angin dan menguasai arah mata angin sebagai pengider dalam Bhuwana Agung / alam semesta. Ajaran Kanda Pat Dewa mengajarkan bahwa segala yang ada di bhuwana agung terdapat pula di bhuwana alit, sehingga Dewa -Dewa yang ada di bhuwana agung sesungguhnya ada pula didalam tubuh manusia. Dari sana kemudian Dewa Nawa Sangga dipuja dan diistanakan dalam tubuh, sehingga tubuh manusia akan seperti Dewa. Sesungguhnya bhuwana agung dan bhuwana alit adalah satu, sehingga apapun yang ada di bhuwana agung terdapat juga di bhuwana alit. Oleh karena Hyang Widhi sesungguhnya ada dan beristana di hati manusia. Apabila kita mampu memahami keberadaan Hyang Widhi dalam diri kita maka kita pun mempunyai kesadaran yang sama dengan Hyang Widhi.<br />
Adapun mantra yang diucapkan saat mempelajari Kanda pat Dewa adalah:<br />
<div style="text-align: center;">
</div>
<ul>
<li style="text-align: justify;"><b><i>Om bhatara Iswara, ring purwa prenahira, rupanira putih, kahyangan nira ring papusuh, senjatan nira bajra, merunira tumpang lima, babahanira ring kuping tengen, wetunira ring idep.</i></b></li>
<li style="text-align: justify;"><b><i>Om batara Brahma, ring daksina prenahira, rupanira bang, kahyanganira ring ati, senjatanira danda, merunira tumpang siya, babahanira ring mata tengen, wetunira ring panon, lintiran tan salah panon.</i></b></li>
<li style="text-align: justify;"><b><i>Om batara Mahadewa, ring pascima prenahira, rupanira kunig, kahyanganira ring ungsilan, senjatanira nagapasa, merunira tumpang pitu, babahanira ring irung tengen, wetunira ring sabda.</i></b></li>
<li style="text-align: justify;"><b><i>Om batara Wisnu, ring uttara prenahira, rupanira ireng, kahyanganira ring ampru, senjatanira cakra, merunira tumpang papat, babahanira ring cangkem, weetunira ring pangwangan.</i></b></li>
<li style="text-align: justify;"><b><i>Om batara Siwa, ring madya prenahira, rupanira mancawarna, kahyangannira ring tumpuking ati, senjatanira padma, merunira tumpang solas, babahanira ring papusuh, wetunira ring manah, lintiranira tan salah manah.</i></b></li>
<li style="text-align: justify;"><b><i>Om Batara Guru, haneng madyaning awyakti prenahira, wetunira ring adnyana, lintiran angadegaken adnyana. Hyang Wisesa wetuning angen-angen ring byantara, babahanira ring uneng-unengan, lintiran angen-angen. Om Sang Bang Tang Ang Ing Nang Mang Sing Wang Yang, amepeki jagat bhuwana kabeh, anilahaken paksane, sakwehing kinaya-upaya, tuju teluh teranjana, desti, pepasangan, sesawangan, rerajahan, tan tumana ring awak sariranku, apan aku sarining Tunjung putih.</i></b></li>
</ul>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Apabila kita mampu angrasukin mantra-mantra diatas, maka kita akan mampu bersikap bijaksana dan mampu memahami sesungguhnya Hyang Guru yang ada di hati kita. Belajar Kanda Pat Dewa, memerlukan kesabaran, ketekunan dan kepasrahan bahwa segala sesuatu yang kita dapat sesungguhnya adalah semua tergantung dari kemurahan dan anugrah Hyang Widhi. Semoga dengan mampu memahami ajaran ini, umat Hindu Khususnya yang ada di Bali semakin dekat dengan kewajiban sebagai manusia, untuk menemukan sejatinya apa yang menjadi tujuan manusia yaitu moksartam jagadhita ya ca iti dharma. Mencapai moksa di jalan kebenaran. </div>
</div>siwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6505566912326746369.post-73046186377842212172011-09-28T18:47:00.000-07:002011-10-16T01:29:07.670-07:00Taksu<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Pada areal sanggah kamulan, ada sebuah pelinggih yang penting yaitu <b>Taksu</b>. Kata Taksu sudah merupakan bahasa baku dalam kosa kata Bali, yang dapat diartikan sebagai daya magis yang menjadikan keberhasilan dalam segala aspek kerja. Misalnya para seniman, pragina, dalang, balian, dalang dll. Mereka berhasil karena dianggap metaksu. Dalam ajaran tantrayana, taksu itu bisa diartikan sama dengan <b>sakti</b> atau <b>wisesa</b>. Dan yang dimaksud dengan sakti itu adalah simbul dari bala atau <b>kekuatan</b>. Dalam sisi lain sakti juga disamakan dengan <b>energi </b>atau <b>kala</b>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam tatwa, daya atau sakti itu tergolong <b>Maya Tatwa</b>. Energi dalam bahasa sanskrit disebut <b>prana</b>, yang adalah bentuk ciptaan pertama dari <b>Brahman</b>. Dengan mempergunakan prana barulah muncul ciptaan berikutnya yaitu panca mahabhuta. Dengan digerakkan oleh prana kemudian terciptalah alam semesta beserta isinya. Tuhan dalam <b>Nirguna Brahma / Paramasiva </b>dalam Siva Tatwa, memanfaatkan energi atau sakti itu, sehingga ia menjadi Maha Kuasa, memiliki Cadu Sakti dengan Asta Aiswarya-Nya. Dalam keadaan seperti itu Ia adalah Maha Pencipta, Pemelihara dan Pelebur. Dalam Wraspati Tatwa disebut Sadasiva dan dalam pustaka Weda disebut <b>Saguna Brahma.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Sakti atau energi maya dari Tuhan itu dipuja dalam bentuk pelinggih yang disebut Taksu. Sedangkan Tuhan dalam wujudnya sebagai <b>Sang Hyang Tri Purusa</b> dan <b>Sang Hyang Tri Atma</b> dipuja dalam pelinggih kamulan. Dalam upacara nyekah, selain sekah sebagai perwujudan atma yang telah disucikan , kita juga mengenal adanya <b>sangge</b>. Sangge ini adalah perwujudan atau simbul dari <b>Dewi</b> <b>Mayasih</b>. Beliau mewakili unsur Maya Tatwa (pradana / sakti). Yang juga dalam upacara nyekah bersama-sama Atma ikut disucikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam ajaran <b>Kanda Pat,</b> dikenal adanya nyama papat / saudara empat yang ikut lahir saat manusia dilahirkan. Setelah melalui proses penyucian, saudara empat itu menjadi Ratu Wayan Tangkeb Langit, Ratu Ngurah Teba, Ratu Gede Jelawung dan Ratu Nyoman Sakti Pengadangan. Kempatnya itulah disebut sebagai dewanya taksu. Tidak lain adalah saudara kita lahir yang nantinya menemani manusia dalam kehidupannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dapat dikatakan fungsi Taksu adalah pemujaan kepada Sakti dari Hyang Widhi, sehingga lengkaplah pemujaan kita kepada Hyang Widhi sebagai Purusa dan Hyang Widhi sebagai Cakti atau Pradana. Dalam perkembangannya Taksu berfungsi untuk memohon kesidiian atau keberhasilan untuk semua jenis profesi baik sebagai seniman, petani, pedagang peminpin masyarakat dan sebagainya. </div>
</div>siwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6505566912326746369.post-36484730109800604962011-09-27T20:20:00.000-07:002011-10-16T01:30:05.402-07:00Sejarah Pura Besakih<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<b>Rsi Markandeya</b><br />
<div style="text-align: justify;">
Sebelum ada apa-apa dimana hanya terdapat pohon kayu di dalam hutan belantara di tempat ini , sebelum adanya selat Bali ( Segara Rupek ) pulau ini bernama <b>Pulau Panjang</b>. Di Jawa Timur , tepatnya di <b>Gunung Rawung</b>, ada seorang yang bernama Sang Yogi Markandeya. Beliau berasal dari India, yang oleh rakyatnya beliau diberi julukan <b>Bhatara Giri Rawang</b>, oleh karena ketinggian ilmu bathinnya, kesucian rohaninya serta kecakapan dan kebijaksanaan beliau.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mula-mula beliau bertapa di <b>Gunung Demulung</b>, lalu pindah ke <b>gunung Hyang</b> ( Dieng di Jawa Tengah ). Sesudah beberapa lama beliau bertapa disana ada sabda dari <b>Hyang Widhi</b>, beliau diberitahukan agar bersama pengikutnya merabas hutan di pulau Dawa dan setelah selesai tanah itu dibagi-bagikan kepada pengikutnya. Sang Yogi menerima sabda itu dan memberitahukan kepada semua pengikutnya. Tidak lama kemudian, pngikut-pengikutnya sekitar 8000 orang telah siap membawa perlengkapan dan peralatan, mereka menuju tempat yang dimaksudkan. Sang Yogi memerintahkan segera memulai merabas hutan belantara. Entah sudah berapa lama merabas hutan itu, karena tidak didahului dengan upakara ( yadnya ), maka murkalah Hyang Widhi, kemudian para pengikut Sang Yogi banyak yang sakit dan bahkan meninggal dunia serta ada yang dimangsa binatang buas. Oleh karena itu, Sang Yogi memerintahkan pengikutnya menghentikan perabasan hutan. Sang Yogi kembali ke tmpat pertapaannya dihinggapi rasa sedih dan prihatin.<br />
Setelah beberapa lamanya , pada suatu hari yang baik, kembali timbul cita-cita Sang Yogi untuk melanjutkan perabasan hutan. Beliau mengikutsertakan para Pandita untuk bersama-sama memohonkan wara nugraha kepada Hyang Widhi untuk keselamatan perabasan hutan. Saat itu pengikutnya berjumlah 4000 orang dan sebagian besar dari <b>Desa Aga</b>, yaitu penduduk yang bermukim di sekitar Gunung Rawung. Pengikutnya membawa peralatan lengkap serta bibit pertanian yang akan ditanam di daerah perabasan.<br />
Sesampainya ditempat tujuan, Sang Yogi beserta para Pandita segera melakukan yoga samadhi, brata semadhi dengan Weda penolak seluruh hama, dan tidak melupakan menyelenggarakan <b>Dewa Yadnya, Bhuta Yadnya </b>serta<b> Pratiwi Stawa.</b> Setelah selesai melakukan upacara itu, beliau memerintahkan perabasan hutan dari selatan ke utara. Berhubung perabasan sudah luas dan tanpa halangan suatu apapun, kemudian perabasan dihentikan dan tanahnya dibagi-bagikan kepada pengikutnya dijadikan sebagai sawah, tegalan dan pekarangan rumah.<br />
Ditempat bekas memulai perabasan itu, Sang Yogi menanam kendi berisi air disertai 5 jenis logam yaitu emas, perak, tembaga, besi dan perunggu ( disebut <b>Pancadatu</b> ) serta permata yang disebut <b>Mirahadi</b> ( mirah utama ) dengan sarana upakara selengkapnya dengan diperciki <b>Tirta Pengentas </b>( Suci ). Di tempat menanam kendi itu diberi nama <b>Basuki.</b> Basuki artinya selamat, dimana Sang Yogi dan pengikutnya berhasil dan slamat dalam perabasan hutan tanpa halangan sedikitpun. Dalam perkembangannya Basuki menjadi <b>Besakih</b>.<br />
<br /></div>
</div>siwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6505566912326746369.post-61521837646282386412011-09-22T02:38:00.000-07:002011-10-16T01:30:29.517-07:00Perawatan Ari-ari<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Saat bayi lahir, tidak ada upakara yang istimewa dilakukan. Yang lebih utama adalah rasa gembira dan puji syukur kelahiran si bayi. Upakarenya disebut <b>dapetan</b>, yang terdiri dari nasi muncuk kuskusan dilengkapi dengan buah-buahan ( raka raka ), rerasmen ( kacang saur, garam, sambel, dan ikan ), sampian jahet dan canang sari serta sebuah penyeneng. Untuk tingkatan lebih besar dilengkapi dengan jerimpen di wakul berisi sebuah tumpeng lengkap dengan raka-raka, rerasmen dan sampian jeet. Upakaranya ditujukan kepada sang dumadi. Pada umumnya yang menjadi perhatian lebih adalah pada saat perawatan terhadap ari-ari si bayi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ari-ari biasanya dibersihkan terlebih dahulu, kemudian dimasukkan kedalam sebuah kelapa yang dibelah dua. Air kelapa dibuang. Bagian atas dari kelapa itu diisi tulisan Ongkara, sedangkan bagian bawahnya diisi tulisan Ahkara. Ke dalam kelapa itu juga dimasukkan beberapa jenis duri seperti duri terung, mawar dsb, sirih lekesan selengkapnya. Lalu kedua belah kelapa itu dicakupkan lagi, dibungkus dengan ijuk dan kain putih, kemudian dipendam. Tempat memendam biasanya dikakukan dipekarangan rumah, jika si bayi adalah laki-laki maka ari-arinya dipendam disebelah kanan pintu balai sedangkan kalu perempuan disebelah kiri ( dilihat dari dalam rumah ). Adapun ucapan saat memendam ari-ari ( yang sederhana ) adalah <b><i>Ong sang ibu pertiwi rumaga bayu, rumaga amertha sanjiwani angemertanin sarwa tumuwuh, mangda dirgayusa nutugang tuwuh. </i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiap-tiap lontar mempunyai perbedaan dalam pengucapan mantra buat mendem ari-ari, namun memiliki makna agar si bayi mendaapatkan panjang umur dan keselamatan. Setelah selesai mengucapkan mantra tersebut, barulah ari-ari itu ditimbun, ditindihi batu hitam , kemudian ditandai dengan pohon pandan berduri. Secara skala bertujuan untuk melindungi dari gangguan hewan dan secara niskala bertujuan menolak gangguan roh-roh jahat. Yang melakukan proses mndem ari-ari adalah ayah si bayi. Sesuaikan dengan adat dan tradisi setempat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Upakara yang dihaturkan pada ari-ari tersebut adalah nasi kepel 4 buah, ikannya bawang jae, garam yang dicapur areng, dan dilengkapi canang genten. Banten ini dihaturkan kehadapan sang catur sanak dari si bayi. Setiap hari, tmpat mendem ari-ari itu diberi segehan sampai pada saat sibayi kepus puser. Dibeberapa tempat, ada pula ari-ari setelah dibungkus dengan kelapa dibuang ke laut.</div>
</div>siwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6505566912326746369.post-50002601703628189372011-09-13T20:53:00.000-07:002011-10-16T01:30:57.046-07:00Meditasi Gayatri<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbcTaR7uN6RSzCyZY4ALnhbVmeBCVewsbqvZewrISOK5ILxqBCrHnPTiKjkIClWYofuNjatKU4tViOBvrgVuB6wBZyAsxNZ66cch8but1GUYs3wdOo79MBRPDT3RCe0f6jEf_TIgp_ZvE/s1600/Gayatri+Devi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbcTaR7uN6RSzCyZY4ALnhbVmeBCVewsbqvZewrISOK5ILxqBCrHnPTiKjkIClWYofuNjatKU4tViOBvrgVuB6wBZyAsxNZ66cch8but1GUYs3wdOo79MBRPDT3RCe0f6jEf_TIgp_ZvE/s200/Gayatri+Devi.jpg" width="155" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><b>Meditasi Gayatri</b> adalah melakukan meditasi dengan mengucapkan Mantra Gayatri secara berulang ( japa Gayatri ). Mantra Gayatri adalah ibunya mantra dalam kitab suci Weda. Dengan mengucapkan mantra ini maka akan dapat meralisasikan kitab suci Weda di dalam hati. Gayatri dikuasai oleh Dewi Gayatri, siapapun yang mengucapkan mantra ini, maka Tuhan dalam wujudNya sebagai Ibu semesta akan datang untunk merealisasikan adanya Brahman. Dewi Gayatri dilambangkan/ dilukiskan dengan seorang Dewi dengan lima wajah yang memiliki warna berbeda. Sebagai Ibu semesta , beliau memberikan kasih sayangNya kepada para baktaNya. Beliau adalah ibunya Brahma, Wisnu dan Siwa. Meditasi ini difokuskan pada arti mantram dan visi dari Gayatri Dewi sebagai Ibu semesta.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">OM BHUR BHUVAH SVAH , TAT SAVITUR VARENYAM , </span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">BHARGO DEVASYA DHIMAHI, DHIYO YO NAH PRACODAYAT</span></b></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><i>YA TUHAN, PENCIPTA KETIGA DUNIA, ENGKAU ADALAH SINAR YANG PATUT DISEMBAH, HAMBA MEMUSATKAN PIKIRAN PADA KECEMERLANGANMU, SINARILAH BUDHI / PIKIRAN HAMBA</i> </span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Persiapan melakukan Meditasi Gayatri</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Sebagai umat hindu Bali, sebelum melakukan tekad penuh untuk sadana Gayatri sebaiknya melakukan penglukatan terlebih dahulu. Dengan keyakinan mantap , mohon penglukatan di sanggah kamulan, memohon petunjuk dan perlindungan dari Leluhur. Dan banyak di kalangan Umat Hindu di Bali, mengira melukat itu untuk tujuan menjadi seorang pemangku. Tidak demikian maksud sebenarnya. Melukat di fungsikan untuk membersihkan diri secara fisik maupun bathin dari segala dosa - dosa. Dan juga sebagai wujud tekad bulat untuk melaksanakan ajaran spiritual secara serius. Dengan memohon kepada Bhatara Hyang Guru, maka kita akan dibimbing dan diberikan perlindungan. Karena berjalan di jalan spiritual akan banyak mengalami rintangan dan hambatan. Mencari Tuhan itu tidak gampang, karena Tuhan akan selalu menguji ketulusan kita dan keyakinan kita kepadaNya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Melukat juga dapat dilakukan di bererapa tempat seperti di laut atau tempat khusus untuk melukat, Pura Beji Dalem Pingit Sebatu Gianyar dan Pura Tirta Empul.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Meditasi dapat dilakukan ditempat khusus atau kamar suci, juga dapat dilakukan di sanggah / dadia / merajan. Terpenting adalah meditasi dilakukan ditempat tersebut secara rutin dan kontinyu. Untuk memudahkan fokus pikiran, sebaiknya didepan tempat meditasi dipasang gambar Dewi Gayatri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Japa mantra Gayatri</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Sebelum melakukan japa, awali dengan melakukan Trisandya, kemudian Panca Sembah. Setelah panca sembah lakukanlah doa-doa kepada Dewi Gayatri. Doa-doanya dapat dilakukan seperti berikut:</span></div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<i><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Amas te dewi gayatri savitri tripadaksare</span></b></i></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<i><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">ajare amare matas trahi mam bhavasgarat</span></b></i></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<i><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">sembah kepadamu, o dewi gayatri, dewi matahari, dari suku kata tiga baris tanpa menua dan abadi, ibu lindungilah daku dari lautan kelahiran dan kematian</span></i></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<i><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Ya sandhyamandalagata ya trimurti-svarupini</span></b></i></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<i><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">sarasvati ya savitri tam vande veda mataram</span></b></i></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<i><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Sang dewi yang ada pada lingkaran sinarnya matahari, yang adalah berbentuk trimurti, yang adalah sarasvati maupun savitri, hamba menghaturkan sembah kepada gayatri, ibundanya Weda</span></i></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Lakukanlah japa gayatri secara tulus, pikiran difokuskan pada makna mantram Gayatri. Japa dapat dihitung dengan menggunakan mala. Lakukanlah sadana ini secara rutin tiap hari, bisa dilakukan pada pagi dan malam hari. Dengan keyakinan, maka pencerahan pasti akan dirasakan secara perlahan, karena dimanapun Gayatri diucapkan maka azas Brahman akan memberikan penerangan pada baktanya. Energi atau getaran halus dari Gayatri akan memberikan pencerahan tentang Brahman, dan pemenuhan segala keinginan. Namun jangan sekali-kali memanfaatkan Gayatri untuk menyakiti orang, karena akan berbalik pada kita. Gayatri adalah sepenuhnya anugrah dari Brahman, maka melakukan meditasi ini merupakan penyerahan diri sepenuhnya kepada Brahman Yang Agung.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
</div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
<div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
</div>
</div>
</div>
</div>siwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6505566912326746369.post-91619349794676071252011-09-12T03:03:00.000-07:002011-10-16T01:31:23.924-07:00Pagedong-gedongan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Upacara ini ditujukan kehadapan si bayi yang ada didalam kandungan dan merupakan upacara yang pertama kali dialami sejak terciptanya sebagai manusia. Oleh karenanya upacara ini dilakukan setelah kehamilan berumur 5 bulan, sebelum bayi itu lahir. Kehamilan yang berumur di bawah 5 bulan dianggap jasmaninya belum sempurna, dan tidak boleh diberikan upacara manusa yadnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tujuan upacara ini adalah untuk membersihkan dan memohon keselamatan jiwa raga si bayi , agar kelak menjadi orang yang berguna di masyarakat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Upacara biasanya dilakukan di permandian atau dibuatkan permandian darurat. Terlebih dahulu orang yang hamil mabyakala dan maprayascita. Di hadapan sanggah kamulan ditaruh perlengkapan upacara seperti; benang hitam satu tukel, yang kedua ujungnya diikaykan pada cabang kayu dapdap, bambu buluh runcing ( gelanggang ), daun kumbang diisi air dan ikan sawah yang hidup yaitu belut, nyalian, ktam, ceraken dibungkus dengan kain yang baru.</span></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<ul style="text-align: left;">
<li style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kedua cabang kayu dapdap yang terikat dengan benang hitam ditancapkan pada pintu gerbang ( arah benang menuju pintu gerbang )</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Si prempuan mengusung ceraken tersebut, tangan kanan menjingjing daun kumbang yang berisi air dan ikan.</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Yang laki ( suami ), tangan kirinya memegang benang dan tangan kanannya memegang gelanggang, sesudah itu sajen segehan diprciki untuk bhuta yang sering menggoda.</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Yang laki berjalan serta mmegang benang terus menusuk daun kumbang yang berisi air yang dijinjing oleh si perempuan sampai keluar ikan dan airnya.</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah itu suami istri bersembahyang mohon agar selamat kandungannya, tidak tergoda oleh segala godaan sampai pada lahirnya selamat.</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Upakara ini dilanjutkan dengan penglukatan dan akhirnya natab.</span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Upakara yang kecil terdiri dari byakala dan prayascita ( untuk pebersihan ), serta sesayut pengambiyan, peras, penyeneng, dan sesayut pemahayutuwuh ( untuk tataban ). Sedangkan yang tingkatannya lebih besar terdiri dari byakala, prayascita dan panglukatan untuk pabersihan sedangkan untuk tataban sama untuk tingkatan kecil ditambah / dilengkapi banten pagedongan matah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Banten pagedongan matah</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sebuah bakul yang berisi beras, kelapa, telor, benang putih, ketan, injin, pisang mentah, sudang/ teri, tingkih pangi bija ratus, pelawa peselan, base tampel dan lain-lain seperti isi daksina, masing-masing 1 biji/ butir.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sesayut pemahayu tuwuh</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Alasnya disebut kulit sesayut, diatasnya diisi penek tumpeng kuning ikan ayam, ayam satu ekor , dilengkapi dengan buah-buahan, jajan rerasmen, sampian nagasari dan penyeneng yang diisi tetebus benang tri datu ( hitam, merah, putih ).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Beberapa pantangan bagi orang yang sedang hamil adalah dilarang menyembah mayat, tidak mendukung tirtha pengentas. Sedangkan bagi sang suami tidak boleh membikin cemburu dan terkejut istrinya. Usahakan selalu ada ketenangan dengan membaca lontar / pustaka suci dan ajaran agama hindu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mantra upacara pagedong gedongan</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i style="font-weight: bold;">Om Sang Hyang paduka Ibu pertiwi bhatari gayatri, bhatari savitri, bhatari suparni, bhatari wastu, bhatari kedep, bhatari angukuhi, bhatari kundang kasih, bhatari kamajaya kamaratih, makadi pakulun hyang widyadara widyadari, hyang kuranta kuranti, sama daya ika tadah saji aturan manusa ira si ...( </i>sebut nama suami istri<i style="font-weight: bold;"> ) ajakan saruwangan ira amangan ,anginum, menawi ana kirangan kaluputan ipun, denagung ampurane manusa nira, mangke ulun aminta nugraha ring sira samuha aja sira angedongin angancinging, mwang anyangkalen, uwakakena lawangira, salacak dana uwakekenaden alon, sepungana nuta anak-anak andepun denapekik dirgha yusa yowana weta urip tan hana saminaksan ipun. Om sidhirastu svaha. </i></span></div>
</div>siwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6505566912326746369.post-31586307378621380592011-09-07T19:50:00.000-07:002011-10-16T01:31:49.398-07:00Candrasekhara<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Diambil dari <b>Siva Purana</b>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Suatu kali <b>Parwati</b> bertanya pada Siva, " Tuan, mohon diceritakan mengapa anda memakai bulan sabit di dahi anda? Apakah yang melatar belakanginya ?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Siva kemudian memberitahukan ceritanya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pada masa lampau dimana Parwati masih dalam inkarnasi seorang wanita bernama <b>Sati</b>, <b>Putri raja Daksa</b>. Sebagai Sati dia menikah dengan Siva. Karena Daksa telah menghina Siva, suaminya, maka Sati memutuskan untuk bunuh diri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah kepergian Sati, Siva tidak lagi mendapatkan kebahagiaan dalam apapun. Beliau mulai tinggal di hutan dan melakukan tapasya. Karena saking hebatnya tapa brata Siva, sehingga semua pepohonan yang tumbuh didekat pertapaan beliau hancur menjadi abu. Ketika Siva mulai berpindah-pindah tempat, maka berbagai tempat hangus terbakar. Hal ini membuat para dewa tercengang. Mereka kemudian meminta nasehat <b>Brahma</b>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_GKEepJOXStuvmCNync0RGW5WNUCGO_QUXHX_AqW6hfp4JgZHfYKZpEm1RoGeGPwU0Dm_ltIpN2HsHay1u_Od_lRzjETnz6qC4dV8FY_ikfssmcf5kypXV9gWgYgrICdqQ_pCsIvJ8hSm/s1600/GCARX14MTCAU3M2ZMCAOEF675CA25UYZMCAAMYZ3FCA71XO2ZCAXUQ08HCA2CNRIHCAFBK4T2CAKA1B1DCAG43NDDCAILA7YRCASVWOSDCAKAHTZTCAUYP3DKCALQR2KXCA0QFF6JCAYK14GRCAOV8D1V.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_GKEepJOXStuvmCNync0RGW5WNUCGO_QUXHX_AqW6hfp4JgZHfYKZpEm1RoGeGPwU0Dm_ltIpN2HsHay1u_Od_lRzjETnz6qC4dV8FY_ikfssmcf5kypXV9gWgYgrICdqQ_pCsIvJ8hSm/s320/GCARX14MTCAU3M2ZMCAOEF675CA25UYZMCAAMYZ3FCA71XO2ZCAXUQ08HCA2CNRIHCAFBK4T2CAKA1B1DCAG43NDDCAILA7YRCASVWOSDCAKAHTZTCAUYP3DKCALQR2KXCA0QFF6JCAYK14GRCAOV8D1V.jpg" width="265" /></span></a></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Brahma bersabda, " Sebaiknya kita membawa dewa bulan, <b>Candra </b>dan menghadiahkannya pada Siva. Sinar Candra yang menyejukkan itu akan membuat Siva senang dan tenang". Para Dewa kemudian menaruh Candra dalam sebuah kendi amrta. Mereka juga membawa sebuah kendi lain yang berisikan racun. Dengan membawa kedua kendi itu, mereka pergi dan mempersembahkannya kepada Siva.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Brahma bersabda " Para Dewa membawakan anda dua kendi ini sebagai hadiah, Mohon terimalah". Pertama-tama Siva mengambil kendi yang berisikan amrta. Segera setelah dibuka, Candra yang berwujud bulan sabit segera menempel di dahi Siva. Selanjutnya Siva mengambil kendi yang berisi racun dan menyentuh isi kendi itu dengan jari tengahnya dan mengoleskannya dilehernya hingga berwarna biru. Oleh karena itulah Siva juga bergelar <b>Nilakantha </b>yang berarti leher yang biru. Dan karena bulan sabit yang ada di dahi beliau maka Siva juga bergelar <b>Candrasekhara</b>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setiap kali melihat bulan sabit itu Siva jadi terhibur.</span></div>
</div>siwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6505566912326746369.post-71241539952658097112011-09-03T03:39:00.000-07:002011-10-16T01:32:20.846-07:00Brata Sivaratri<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Cerita ini saya ambil dari <b>SIVA PURANA.</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sivaratri adalah hari dimana Brahma dan Visnu melakukan puja pada Siva. Vrata ( brata ) adalah suatu upacara khusus untuk kepentingan agama. Dan sebuah brata harus dilakukan pada hari Sivaratri sangatlah penting. Karena brata ini memberikan pahala yang tak kunjung padam. Orang harus bergadang semalaman dan memuja Siva lingga. Hendaknya juga melakukan puasa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ada sebuah cerita tentang seorang pemburu yang bernama <b>Rurudruha. </b></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ia sangat jahat, pendek kata kejahatannya hampir tidak terlukiskan. Ia telah membunuh banyak kijang dan ia juga adalah seorang perampok dan pencuri. Maka, orang ini sama sekali tidak mengenal ajaran agama apalagi tentang brata <b>Sivaratri</b>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Namun kebetulan pada hari Sivaratri, keluarganya sedang kelaparan, istri dan anaknya belum makan sejak pagi. Mereka kemudian meminta Rurudruha untuk pergi dan mencari binatang buruan agar mereka bisa makan. Maka Rurudruha kemudian pergi ke hutan untuk mencari binatang buruan, namun ia tidak berhasil mendapatkan satupun binatang buruan. Saat itu sudah menjelang malam, ia belum mendapatkan apa-apa. Rurudruha kemudian menemukan sebuah telaga air dan memutuskan untuk menunggu disana. Karena cepat atau lambat seekor binatang buruan akan menampakkan diri. Ia kemudian memanjat sebuah pohon bilva yang tumbuh di pinggir telaga. Dan untuk mnjaga kemungkinan haus, ia membawa sebuah kendi air didekatnya. Disana ia menunggu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Maka tiba-tiba seekor kijang betina datang untuk minum air. Maka sang pemburu kemudian mengambil busur dan panahnya. Ketika melakukan itu pohon yang ditumpanginya bergoyang hingga beberapa helai daun bilva jatuh tepat diatas lingga. Pohon bilva adalah pohon yang dianggap suci oleh Siva. Dan air yang ada dalam kendinya jatuh tepat mengenai lingga itu. Namun tentu saja Rurudruha tidak mngetahui hal itu. Sedangkan kijang betina yang melihat Rurudruha yang siap mengancam nyawanya kemudian berkata " Tolong jangan bunuh aku sekarang ini" kata kijang betina itu. " anak dan suamiku ada di rumah. Ijinkan aku kembali pulang sebentar untuk menyampaikan perpisahan pada mereka. Jika aku kembali kau boleh membunuhku".</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Rurudruha tidak mau mendengarkan kata-kata kijang itu. Karena menurutnya tidak mungkin ada binatang yang akan mau kembali untuk dibunuh. Namun kijang betina itu bersumpah bahwa dia akan kembali dan Rurudruha pun membiarkannya pergi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah beberapa saat, datanglah seekor kijang betina yang merupakan adik dari kijang petama. Mereka dinikahkan pada seekor kijang jantan secara bersamaan. Sebagaimana seperti sebelumnya pohon bilva itu bergoyang kembali hingga daunnya jatuh dan air dalam kendi itu jatuh mengnai ligga di bawahnya. Kijang itu melihat rurudruha dan berkata " Tunggulah sebentar seblum engkau membunuhku, ijinkan aku menyampaikan perpisahan kepada suami dan anakku". Sekali lagi Rurudruha dengan berat hati harus melepaskannya karena kijang ini juga bersumpah seperti kakaknya. Dan Rurudruha pun menunggu mereka. Setelah kijang kedua pergi, kini munculah kijang jantan suami mereka untuk minum air. Dan ketika Rurudruha mengambil busur dan anak panahnya, pohon itu bergoyang hingga daunnya jatuh tepat mengenai lingga dan airnya pun jatuh mengenai lingga itu. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kijang itu berkata " Tuan pemburu, sekarang ijinkanlah aku pergi, aku akan minta pamit kepada kedua istriku dan anak-anaku, setelah itu aku akan kembali dan anda bolh membunuhku". Kijang ini juga bersumpah akan kembali jika Rurudruha mengijinkan menemui keluarganya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah beberapa waktu berlalu kedua kijang betina dan kijang jantan itu kembali k tempat Rurudruha. Masing-masing berkata " Bunuhlah aku dan selamatkan yang lainnya, mereka harus mengurus anak-anak kami", Pada waktu itu anak-anak kijang juga hadir disana. Mereka berkata "Bunuhlah kami, kami tidak brniat hidup jika orangtua kami meninggal". Rurudruha tersentak oleh kejadian ini hingga pohon bilva bergoyang lagi sehingga daun dan air dikendinya jatuh menyiram lingga.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Saat itulah Siva yang sedang bersemadi di linggam itu merasa kasihan pada Rurudruha dan beliau menghapuskan segala pikiran jahat dalam diri Rurudruha. Pemburu itu kemudian membebaskan kijang itu. Dan Siva kemudian menampakkan diri dihadapan Rurudruha dan bersabda " Mulai skarang namamu menjadi Guha, Kau akan menjadi orang terberkati hingga Rama, inkarnasi Visnu akan menjadi tamumu".</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Kisah ini menyatakan bahwa meskipun Sivaratri brata dilakukan dengan tidak sngaja namun pahala yang sangat besar pasti didapatkan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>siwagamahttp://www.blogger.com/profile/01699344005721560041noreply@blogger.com0